Majas antonomasia merupakan gaya bahasa yang sering digunakan dalam karya sastra, seperti puisi, cerita pendek, dongeng, hingga hikayat.
Majas antonomasia adalah salah satu jenis dari majas perbandingan. Majas ini kerap digunakan dengan menyebut subjek berdasarkan ciri yang melekat padanya.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum membahas majas antonomasia, mari ingat kembali apa itu majas perbandingan. Majas perbandingan merupakan gaya bahasa yang membandingkan satu dengan lainnya untuk memberi kesan dan pengaruh bagi pembaca atau pendengarnya.
Ada beberapa contoh majas perbandingan selain antonomasia, yaitu personifikasi,metafora, asosiasi, metonimia, simbolik, tropen, litotes, eufemisme, hiperbola, sinekdok, alusio, perifrasis, dan alegori.
Mengutip Buku Kumpulan Peribahasa, Majas dan Ungkapan Bahasa Indonesia untuk SD, SMP, SMA, Mahasiswa, dan Umum, majas antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata tertentu itu diambil dari sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang dimaksud.
Ditambahkan oleh Buku Kumpulan Lengkap Peribahasa, Pantun dan Majas Plus Kesusasteraan Indonesia, majas antonomasia juga kerap menggambarkan seseorang dengan simbolnya seperti gelar sebagai pengganti nama. Sebut saja presiden, menteri, profesor, dan lainnya.
Dengan demikian majas antonomasia merupakan gaya bahasa yang menggunakan referensi seperti sifat atau watak, fisik, hingga gelar seseorang untuk mengganti nama orang yang dimaksud.
Majas antonomasia biasanya digunakan dalam kisahan seperti cerita pendek (cerpen) dan hikayat. Berikut contoh majas antonomasia yang dirangkum dari berbagai sumber.
Dari contoh tersebut, majas antonomasia adalah gaya bahasa yang mengganti nama seseorang dengan sebutan tertentu seperti ciri fisik, watak, dan jabatan.
(glo/fef)