Garis Wallace dan Weber merupakan batas atau garis imajiner yang memisahkan wilayah geografi hewan di kepulauan Indonesia.
Kedua garis ini bukan sekadar batas geografis biasa, melainkan penanda penting yang membantu para ilmuwan memahami penyebaran flora dan fauna di kawasan Asia Tenggara hingga Australasia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sejarah ilmu biogeografi, garis-garis ini menjadi bukti bahwa persebaran makhluk hidup tidak terjadi secara merata. Ada pengaruh besar dari lempeng benua, sejarah geologi, hingga kondisi laut yang memisahkan habitat.
Sebelum mengetahui perbedaannya, sebaiknya ketahui lebih dahulu mengenai asal-usul garis Wallace dan Weber berikut ini.
Dalam buku Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMK dan MAK Kelas X, Alfred Russel Wallace, seorang ahli zoologi asal Inggris, datang ke Indonesia pada tahun 1856 untuk meneliti keragaman hayati.
Saat menjelajahi wilayah Bali dan Lombok, ia menyadari adanya perbedaan mencolok pada jenis-jenis hewan di kedua pulau yang letaknya berdekatan itu.
Fauna di Bali banyak memiliki kesamaan dengan hewan-hewan khas wilayah Asia (disebut tipe oriental), sedangkan fauna di Lombok justru lebih menyerupai satwa dari kawasan Australia (tipe Australia).
Temuan ini mendorong Wallace untuk menggambar sebuah garis batas imajiner yang membentang dari Selat Lombok, naik ke arah utara melalui Selat Makassar, hingga mencapai wilayah Filipina bagian selatan. Garis tersebut kini dikenal sebagai garis Wallace.
Keberadaan garis ini menjadi dasar pembagian fauna di Indonesia ke dalam dua kelompok besar, fauna bertipe oriental yang mendiami wilayah Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Lalu, fauna bertipe Australia yang tersebar di Sulawesi, Maluku, Papua, dan wilayah Nusa Tenggara.
Tidak hanya Wallace, seorang ahli zoologi dari Jerman bernama Max Weber juga melakukan kajian terhadap sebaran fauna di Indonesia. Dalam penelitiannya, Weber menilai bahwa Sulawesi tidak sepenuhnya dapat dimasukkan ke dalam kelompok fauna Australia.
Di pulau ini, ia menemukan spesies-spesies yang memiliki kemiripan dengan fauna Asia. Kemudian, ia mengusulkan bahwa Sulawesi merupakan wilayah peralihan, tempat pertemuan antara dua kelompok fauna besar.
Sebagai tindak lanjut dari temuannya, Weber menggambar garis batas yang terletak di sebelah timur Pulau Sulawesi, lalu memanjang ke arah utara hingga mencapai Kepulauan Aru. Garis inilah yang kemudian disebut sebagai garis Weber.
Dengan demikian, Sulawesi dianggap sebagai zona transisi atau wilayah campuran, karena di satu sisi dihuni oleh hewan-hewan tipe Australia seperti opossum (sejenis tupai), dan di sisi lain juga menjadi habitat bagi fauna oriental seperti kera makaka.
Keberadaan garis Wallace dan Weber membuat fauna di Indonesia terbagi ke dalam tiga kelompok besar dengan ciri khas masing-masing. Berikut adalah perbedaan fauna berdasarkan wilayahnya:
Itulah pengertian dan perbedaan fauna di garis Wallace dan Weber. Semoga bermanfaat dan selamat belajar!
(han/juh)