Perhatikan, Ini 6 Adab Bertamu dalam Islam untuk Menjaga Silaturahmi

CNN Indonesia
Kamis, 04 Sep 2025 14:00 WIB
Berikut 6 adab bertamu dalam Islam yang penting agar silaturahmi yang dilakukan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman dari pemilik rumah.
Ilustrasi. Berikut 6 adab bertamu dalam Islam yang penting agar silaturahmi yang dilakukan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman dari pemilik rumah. (iStock/ferlistockphoto)
Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia --

Islam tidak hanya mengajarkan untuk menjaga hubungan baik dengan sesama, tetapi juga memberikan panduan tentang tata cara yang harus diperhatikan ketika berkunjung.

Adab bertamu dalam Islam ini penting agar silaturahmi yang dilakukan tidak menimbulkan rasa tidak nyaman dari pemilik rumah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Islam mengajarkan bahwa setiap perbuatan, sekecil apa pun, memiliki nilai jika dilakukan sesuai tuntunan. Begitu juga dengan aktivitas bertamu.

Apa yang terlihat sederhana ini ternyata memiliki aturan tersendiri. Berikut adab bertamu dalam Islam untuk menjaga silaturahmi.

1. Bertamu untuk memenuhi undangan

Dalam buku Buku Pintar 50 Adab Islam karya Arfiani, salah satu adab yang ditekankan adalah memenuhi undangan. Jika seorang muslim mengundang kita, maka sebaiknya kita berusaha hadir selama di dalamnya tidak terdapat hal yang dilarang agama.

Abu Hurairah ra berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Hak muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu; menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin." (HR Bukhari dan Muslim)

2. Meminta izin dan menjaga tata krama

Sebelum masuk rumah orang lain, tamu dianjurkan untuk memperhatikan etika. Di antaranya memilih waktu yang tepat agar tidak mengganggu, mengetuk pintu dengan lembut, serta tidak berdiri tepat di depan pintu ketika mengetuk.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat," (QS An-Nur ayat 27)

Setelah itu, ucapkan salam, tundukkan pandangan, dan sebutkan nama jika tuan rumah belum mengenal kita. Saat dipersilakan masuk, duduklah di tempat yang ditunjuk, tidak berbicara dengan suara keras, dan tidak terlalu banyak memperhatikan isi rumah.

3. Berterima kasih kepada tuan rumah

Ditambahkan dari laman Muhammadiyah, adab bertamu berikutnya adalah berterima kasih dan mendoakan tuan rumah.

Rasa terima kasih adalah bentuk penghargaan kepada pemilik rumah atas keramahan dan jamuan yang diberikan. Rasulullah Saw bahkan pernah mendoakan Abdullah bin Busr dan keluarganya setelah mereka menjamu beliau dengan makanan.

Selain, itu, Rasulullah Saw bersabda bahwa siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak bersyukur kepada Allah Swt.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ

Artinya: "Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah." (HR Tirmidzi)

4. Menjaga adab makan dan minum

Ketika disuguhi makanan atau minuman, seorang tamu hendaknya tetap memperhatikan adab makan dalam Islam. Jangan menganggap sepele hanya karena tuan rumah adalah kerabat dekat atau sahabat akrab.

Salah satu adab yang perlu diperhatikan adalah untuk tidak memberikan kritik terhadap jamuan yang dihidangkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

Artinya: "Dari Abu Hurairah ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah mencela makanan sekali pun. Bila beliau berselera, maka beliau memakannya dan bila tidak suka, maka beliau meninggalkannya," (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah)

5. Tidak memberatkan tuan rumah

Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah tamu terlalu lama tinggal tanpa memperhatikan kondisi tuan rumah. Padahal, tuan rumah mungkin merasa kesulitan atau memiliki urusan lain, tetapi segan untuk menyampaikannya.

Karena itu, seorang tamu harus peka membaca situasi. Rasulullah Saw bersabda sebagai berikut:

وَلَا يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَثْوِيَ عِنْدَهُ حَتَّى يُحْرِجَهُ

Artinya: "Tidak halal bagi tamu berlama-lama di tempat kunjungannya sehingga memberatkan tuan rumah." (HR Tirmidzi)

6. Menginap tidak lebih dari tiga hari

Apabila seorang tamu harus menginap karena jarak perjalanan yang jauh, Islam menetapkan batas maksimal tiga hari. Rasulullah Saw menegaskan bahwa memuliakan tamu adalah kewajiban, tapi setelah tiga hari, selebihnya dianggap sebagai sedekah dari tuan rumah.

"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam, dan bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah baginya, tidak halal bagi tamu tinggal (bermalam) hingga (ahli bait) mengeluarkannya." (HR Bukhari dan Muslim)

Batasan ini menunjukkan bahwa Islam sangat menjaga keseimbangan antara kewajiban memuliakan tamu dan hak tuan rumah untuk tetap tenang dalam menjalani kehidupan pribadinya.

Itulah sejumlah adab bertamu dalam Islam yang perlu kamu perhatikan. Semoga informasi ini bermanfaat untukmu, ya.

(han/juh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER