Risiko Umroh Mandiri yang Harus Diketahui Calon Jemaah, Apa Saja?
Pemerintah telah melegalkan pelaksanaan umroh secara mandiri. Pelaksanaan umroh mandiri diatur dalam Undang-Undang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh (UU PIHU) Nomor 14 Tahun 2025.
Umroh mandiri memang menawarkan fleksibilitas dan biaya yang bisa lebih hemat. Akan tetapi sebelum memutuskan berangkat sendiri, penting untuk memahami apa saja risiko umroh mandiri agar ibadah tetap berjalan lancar dan aman.
Lihat Juga : |
Dalam hal umroh mandiri ini, pemerintah Arab Saudi menerapkan aturan ketat terkait visa, akomodasi, dan layanan jemaah. Kesalahan kecil dalam proses administrasi bisa berdampak besar terhadap kelancaran ibadah.
Oleh karena itu, penting bagi calon jemaah untuk memahami dengan baik apa saja risiko yang kemungkinan terjadi ketika umroh mandiri. Mulai dari aspek legalitas, keamanan, hingga kenyamanan selama berada di Tanah Suci.
Risiko umroh mandiri
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut penjelasan mengenai apa saja risiko umroh mandiri yang bisa diantisipasi calon jemaah agar pelaksanaan umroh bisa berjalan lancar.
1. Risiko gagal mendapatkan visa
Salah satu tantangan terbesar dalam umroh mandiri adalah proses pengurusan visa. Tidak semua orang memahami persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh Kedutaan Arab Saudi.
Kesalahan data, keterlambatan pengajuan, atau penggunaan agen tidak resmi dapat menyebabkan penolakan visa.
Maka dari itu, sebelum berangkat, pastikan Anda mengetahui jenis visa yang legal digunakan untuk pelaksanaan umroh dan melengkapi dokumen perjalanan yang menjadi syarat pengajuan visa.
Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi kini mengizinkan semua jenis visa dapat digunakan untuk menjalankan ibadah umroh mandiri.
Mulai dari visa kunjungan pribadi dan keluarga, visa turis, visa transit, hingga visa kerja dapat dipakai untuk keperluan umroh mandiri selama masih berlaku.
Lihat Juga : |
2. Kesulitan mengatur akomodasi dan transportasi
Mengatur sendiri tiket pesawat, hotel, dan transportasi di Makkah dan Madinah membutuhkan pengalaman dan ketelitian tinggi. Jika tidak cermat, jemaah bisa mendapatkan akomodasi yang jauh dari Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, bahkan mengalami kesulitan berpindah kota.
Kemudian ada juga risiko biaya yang tampak murah di awal, namun bisa membengkak karena kurangnya perencanaan.
Bagi masyarakat yang belum punya pengalaman umroh dan ingin melaksanakan umroh mandiri, Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi memiliki platform Nusuk Umroh yang bisa membantu perencanaan umroh mandiri melalui laman https://umroh.nusuk.sa.
3. Tidak ada pendamping resmi
Biro umroh biasanya menyediakan muthawwif (pembimbing ibadah) yang membantu jemaah menjalankan setiap rukun dan sunnah umroh.
Saat umroh mandiri, jemaah harus mempelajari sendiri tata cara dan doa-doa, yang bisa berisiko jika belum berpengalaman.
4. Kesulitan darurat atau masalah kesehatan
Tanpa pendamping dari pihak travel, jemaah yang sakit atau menghadapi masalah darurat sering kebingungan mencari bantuan.
Travel resmi biasanya memiliki tim medis atau petugas yang siap membantu, sedangkan dalam perjalanan mandiri, jemaah harus mengurus sendiri ke rumah sakit atau otoritas setempat.
Lihat Juga : |
5. Tidak ter-cover asuransi perjalanan
Sebagian besar biro perjalanan umroh menyediakan perlindungan asuransi bagi jemaahnya. Saat memilih umroh mandiri, asuransi ini harus diurus sendiri.
Tanpa asuransi, risiko finansial akibat kehilangan barang, keterlambatan penerbangan, atau masalah kesehatan menjadi tanggungan pribadi.
Menunaikan ibadah secara mandiri memang memberikan kebebasan dalam mengatur waktu dan biaya, tetapi penting untuk mempertimbangkan matang-matang apa saja resiko umroh mandiri sebelum memutuskan.
Jika ingin melakukannya, pastikan seluruh dokumen lengkap, memilih mitra perjalanan tepercaya, dan kesiapan mental serta fisik yang benar-benar matang. Dengan perencanaan yang baik, umroh mandiri akan berjalan dengan lancar dan nyaman.
(avd/fef)