Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat energi dari Reform Minner Institute Komaidi Notonegoro memperkirakan kerugian Pertamina akibat kelebihan kuota bahan bakar minyak bersubsidi mencapai Rp 10 triliun. Sebab, realisasi distribusi BBM bersubsidi hingga akhir tahun bisa mencapai 48,2 juta kilo liter.
"Angka ini masih bisa meningkat lagi jika Pemerintah tidak tegas dalam pembatasan jumlah distribusi," ujar Komaidi Notonegoro, katanya di Jakarta, Kamis (28/8).
Sebelumnya Direktur Pertamina Hanung Budya mengaku harus memasok 30 persen lebih banyak dari kuota rata-rata harian BBM subsidi di sejumlah SPBU. Pasalnya telah terjadi kelebihan permintaan (rush) pasca langkah pembatasan BBM subsidi yang dilakukan sejak 18 Agustus kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Komaidi, perhitungan tersebut berdasarkan atas sejumlah faktor antara harga minyak dunia, jumlah kelebihan quota sebanyak 1,5 juta kilo liter dari pagu APBN-P 2014 sebesar 46,7 juta kilo liter, dan kurs nilai tukar rupiah yang masih dalam trend melemah.
Jika kelebihan kuota ini nantinya ditanggung pemerintah, menurut Komaidi, anggaran subsidi bisa membengkak hingga Rp 360 triliun dari sebelumnya Rp 350 triliun berdasarkan APBN-P 2014. "Jumlah ini juga bisa meningkat karena saya belum memasukan variabel biaya produksi, distribusi hingga pajak dari pengolahan minyak mentah," tambahnya.
Pemerintah sendiri hingga saat ini belum memastikan apakah Pertamina bisa menyalurkan BBM subsidi melebihi pagu anggaran. Namun, pihak Pertamina kemarin mengaku sudah mendapatkan jaminan dari Menteri Kordinator Perekonomian Chairul Tanjung untuk tetap menyalurkan BBM subsidi meski terjadi kelebihan kuota. Sedangkan Menteri Keuangan Chatib Basri mengaku masih berpedoman pada APBN-P 2014 untuk tidak menambah kuota BBM subisidi dari yang sudah dianggarkan.