Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Central Asia (BCA) menurunkan bunga Deposito sebesar 0,5 persen menjadi 8,5 persen pada 1 September ini. Hal itu dilakukan agar likuiditas bank lebih merata.
"Bunga deposito kami diturunkan agar bank lain juga kebagian," kata Direktur Utama BCA Jahja Setiatmadja di Jakarta, Kamis (28/8).
Meski bunga deposito diturunkan namun BCA, lanjut Jahja, tidak serta merta menurunkan bunga kredit. Sebab pihaknya harus mengantisipasi kemungkinan kenaikan BI rate dan inflasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara suku bunga kredit masih tetap sampai November tunggu BBM naik atau tidak, jadi bisa tahu inflasi seperti apa," ujar Jahja.
Kenaikan inflasi, menurut dia, membuat bank harus berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Tak hanya faktor suku bunga tinggi yang memicu potensi kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL), tapi juga faktor likuditas perbankan.
Tahun depan, BCA mematok pertumbuhan kredit 10-12 persen. Angka itu lebih rendah dari tahun ini guna mengantisipasi kenaikan inflasi akibat potensi naiknya harga bahan bakar minyak. Padahal, pertumbuhan kredit bank sewajarnya bisa 13-14 persen.
"Tapi karena antisipasi kenaikan harga BBM dan inflasi, kami rem pertumbuhan 10-12 persen saja," katanya.
Menurut Jahja, bank harus menyesuaikan pertumbuhan kredit dengan dana pihak ketiga. Kendati BCA tidak ada masalah dengan likuiditas, namun kondisi likuiditas perbankan secara umum masih akan ketat ke depannya.
Jahja menambahkan, terkait kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) pihaknya menilai selama inflasi masih di bawah 8 persen, BI rate diperkirakan tidak akan naik. "Tapi kalau inflasinya 11-12 persen, bisa dimaklumi kalau BI rate nya naik ke 9 persen," ujar dia.