SBY Dukung Pengurangan Subsidi BBM Bertahap

CNN Indonesia
Minggu, 31 Agu 2014 17:25 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendukung upaya pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak secara bertahap. Namun, saat ini SBY menegaskan tidak akan menaikkan harga BBM sebab rakyat telah terbebani kenaikan tarif dasar listrik.
de
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendukung upaya pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak secara bertahap. Namun, saat ini SBY menegaskan tidak akan menaikkan harga BBM sebab rakyat telah terbebani kenaikan tarif dasar listrik.

"Saya berpendapat agar makin ke depan subsidi ini bisa dikurangi. Yang penting pengurangan subsudi harus secara bertahap sehingga di satu sisi APBN ideal tapi di sisi lain tidak membebani masyarakat. Subsidi ini harus dikurangi secara terus menerus," kata Presiden dalam wawancara di youtube seperti dikutip Antara, Minggu (31/8). .

 
SBY mengaku banyak tekanan untuk menaikkan harga BBM dari sejumlah partai politik dan media massa. Jika alasannya ingin mengurangi defisit APBN, SBY mengklaim telah melakukan banyak cara salah satunya dengan menekan anggaran pemerintah untuk kenaikan gaji.
"Kenapa sekarang tiba-tiba didesak? Kalau harus saya naikkan lagi BBM tahun ini, beban terlalu berat, kasihan mereka (rakyat)," kata.

Kendati demikian, SBY mengaku tetap memantau kondisi harga minyak dunia. Jika dalam tujuh minggu ke depan ada perubahan drastis dan harga BBM harus disesuaikan, pihaknya siap mengambil kebijakan tersebut.
"Namun harga minyak menurun, sehingga alasan untuk menaikkan BBM ini tidak kuat, itulah pandangan pemerintah sekarang kenapa BBM tidak dinaikkan tahun ini," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut presiden, pemerintahan berikutnya memiliki ruang yang lebih mudah untuk menyesuaikan harga BBM dibandingkan saat dia memimpin pada 2004. Dia mengaku, harus menaikkan harga BBM sebesar 140 persen saat menggantikan kepemimpinan Megawati Sukarnoputri.

Berdasarkan catatan CNN Indonesia, SBY menaikkan harga BBM bersubsidi pada 1 Maret 2005 menjadi Rp 2.400 per liter untuk jenis premium dari sebelumnya Rp 1.810. Sedangkan solar naik dari Rp 1.890 menjadi 2.100 per liter. SBY menaikkan kembali harga BBM subsidi pada Oktober 2005 dan Mei 2008. Namun, pada Januari 2009, presiden menurunkan harga premium dari Rp 6.000 menjadi 4.500 per liter dan kembali menaikkan premium pada 2013 menjadi Rp 6.500 per liter.

Pengamat Ekonomi yang juga mantan tim ekonomi Joko Widodo - Jusuf Kalla Iman Sugema, menilai SBY tidak akan menaikkan BBM subsidi hingga akhir jabatannya. Selain alasan mempertimbangkan daya beli masyarakat, trend harga minyak juga cenderung menurun.

Jokowi, menurut dia, memiliki anggaran Rp 200 triliun untuk subsidi BBM pada RAPBN 2015. Langkah pengurangan subsidi bukan berarti Jokowi harus menaikkan harga BBM bersubsidi, namun menyesuaikan dengan anggaran yang ada.
"Pengurangan subsidi bertahap kan bukan berarti menaikkan harga BBM, tapi pemakaian BBM subsidi yang dipantau secara harian agar cukup dengan anggaran Rp 200 triliun itu," kata Iman.

Meski Demikian, dia menilai Jokowi sulit berakselerasi dengan defisit anggaran yang ada. Sehingga butuh upaya untuk menghemat anggaran.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER