RBS Sarankan BI Pertahankan BI Rate

CNN Indonesia
Rabu, 17 Sep 2014 10:34 WIB
Sebagai antisipasi naiknya inflasi jika pemerintahan menaikkan harga BBM, BI rate disarankan tidak berubah.
Ekonom The Royal Bank of Scotland (RBS) untuk Asia Tenggara Vaninder Singh tengah memberikan penjelasan kepada wartawan. (Foto: Pingkan Palilingan/CNN Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom The Royal Bank of Scotland (RBS) untuk Asia Tenggara Vaninder Singh mengatakan, langkah mempertahankan suku bunga acuan masih diperlukan untuk ekonomi Indonesia ke depan.

"Inflasi kemungkinan akan naik jika pemerintahan baru menaikkan harga BBM, jadi BI rate sebaiknya tetap dulu," kata dia di Jakarta, Selasa (16/9).

Menurut dia, meski defisit neraca berjalan mulai membaik, namun risiko eksternal masih harus diperhatikan. BI, kata dia, belum saatnya melonggarkan kebijakan moneter dalam beberapa waktu ke depan. "Ini memang tidak mudah bagi BI, karena semua situasi masih akan berubah," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, BI rate bertahan di posisi 7,5 persen selama 11 bulan terakhir. Meski inflasi Agustus relatif kecil yakni 0,47 persen, namun BI belum mau menurunkan suku bunga acuannya mengingat masih banyak risiko yang harus dipertimbangkan dari dalam dan luar negeri.  Bi memperkirakan, inflasi akhir tahun masih dalam target yang ditetapkan 3,5-5,5 persen atau mencapai batas atas pada akhir 2014.

Sementara itu, Amerika Serikat melalui The Federal Open Market Committe akan mengumumkan keputusan suku bunganya malam ini. Banyak pihak memperkirakan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga dan mengakhiri stimulusnya pada Oktober mendatang. Dengan begitu, jika BI mempertahankan suku bunga acuan lebih tinggi, maka investor asing masih tetap mempertimbangkan Indonesia untuk berinvestasi baik langsung maupun di portofolio.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER