Jakarta, CNN Indonesia -- PT United Tractors Tbk (UNTR) berhasil meraup laba bersih Rp 4,77 triliun pada kuartal III 2014, naik 41,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,37 triliun.
Peningkatan signifikan laba perusahaan terjadi karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Pendapatan perusahaan ini selama Januari-September 2014 tercatat Rp 40,8 triliun naik 9,38 persen dibandingkan Januari-September 2014 sebesar Rp 37,3 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Unit usaha mesin konstruksi, kontraktor penambangan dan pertambangan secara berturut- turut memberikan kontribusi sebesar 29%, 62% dan 9% terhadap total pendapatan bersih konsolidasian perusahaan," demikian pernyataan manajemen United Tractors dalam siaran pers yang diterima, Jumat (31/10).
Selama ini, United Tractors menyewakan alat beratnya dalam tarif dolar sementara biaya operasional banyak menggunakan rupiah.
Sementara itu, beberapa unit bisnis dan anak usaha United Tractors terlihat tidak seluruhnya berhasil menorehkan kinerja yang gemilang selama sembilan bulan di 2014.
Penjualan alat berat Komatsu tercatat sebanyak 2.982 unit atau turun 10 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2013.
Hal ini terutama disebabkan karena berkurangnya permintaan alat berat dari sektor pertambangan dan perkebunan yang sedang lesu akibat turunnya harga komoditas tambang dan perkebunan dunia.
Dari total penjualan unit tersebut, sebanyak 35 persen diserap sektor pertambangan, 28 persen diserap sektor konstruksi, 23 persen diserap sektor perkebunan, dan sisanya sebesar 14 persen ke sektor kehutanan.
Tidak hanya penjualan alat berat yang berkurang, United Tractors juga gagal mempertahankan penjualan UD Trucks (sebelumnya dikenal sebagai Nissan Diesel) yang turun dari 326 unit menjadi 154 unit. Sementara, penjualan produk Scania juga turun dari 342 unit menjadi 308 unit.
Meskipun penjualan alat berat dan kendaraan besar berkurang, para pelanggan yang sebelumnya telah memiliki alat berat dari United Tractors tetap membeli suku cadang asli dan melakukan perawatan alat dari perseroan.
Hal tersebut bisa dilihat dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 7 persen menjadi Rp 4,39 triliun.
"Penguatan nilai tukar dolar ditambah peningkatan pendapatan dari layanan purna jual menyebabkan pendapatan bersih dari unit usaha Mesin Konstruksi hanya turun sebesar 3 persen menjadi Rp 11,89 triliun," dijelaskan oleh manajemen perusahaan.
Kinerja PamaSementara PT Pamapersada Nusantara (Pama), anak usaha United Tractors yang menjalani usaha kontraktor penambangan berhasil meningkatkan pendapatan 11 persen menjadi Rp 25,12 triliun.
Volume produksi batu bara dan hauling juga meningkat dari 78,5 juta ton menjadi 89,9 juta ton. Sementara, volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) turun dari 639,5 juta bcm menjadi 605,5 juta bcm.
United Tractors juga memiliki bisnis tambang batubara yang dijalankan anak usahanya PT Tuah Turangga Agung (TTA) serta beberapa konsesi tambang batubara yang dimiliki TTA dan telah beroperasi yaitu PT Prima Multi Mineral, PT Asmin Bara Bronang, dan PT Duta Nurcahya.
Dari total keempat konsesi tambang tersebut, penjualan batubara sampai dengan September tahun 2014 mencapai 4,66 juta ton atau naik sebesar 62 persen dari volume penjualan batubara tahun lalu sebesar 2,88 juta ton.
Meningkatnya volume penjualan batubara berhasil meningkatkan pendapatan bisnis pertambangan United Tractors sebesar 52 persen menjadi Rp 3,80 triliun dan memberikan kontribusi sebesar 9 persen terhadap total pendapatan bersih konsolidasian.
Namun demikian, penurunan rata-rata harga jual batu bara telah menekan laba bisnis pertambangan.