Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) telah bersiap melaksanakan pembangunan pipa gas Duri-Dumai di Riau mulai awal tahun depan. Namun, sampai saat ini PGN belum berhasil menemukan pembeli yang akan menampung gas yang dialirkan dari pipa gas sepanjang 100 kilometer tersebut setelah selesai pada 2016 nanti.
"
Problem-nya itu sampai sekarang kami belum mendapat kepastian mengenai pasokan dan pembeli gas. Berat juga kalau bangun infrastruktur tapi kedua komponen tadi tidak mendukung," ujar Vice President Corporate Communication PGN Ridha Ababil kepada CNN Indonesia, Rabu (5/11).
Ridha mengatakan untuk sementara pasokan gas pipa gas Duri-Dumai bisa dipenuhi dari fasilitas pengolahan gas bumi terapung (
floating storage regasification unit/FSRU) milik perseroan di Lampung dan juga sumur migas ConocoPhillips di Kepulauan Riau. Akan tetapi jumlah pasokan dari kedua sumber tersebut dinilai tak cukup untuk memenuhi kebutuhan gas di Provinsi Riau yang diprediksi mencapai 100 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalaupun perseroan berhasil menemukan pasokan gas baru, Ridha menyebutkan PGN akan membanderol harga jual gas pipa Duri-Dumai minimal US$ 10 per MMBTU menyesuaikan dengan investasi pembangunan pipa yang akan dikeluarkan perseroan sekitar Rp 1 triliun.
Ridha mengaku pesimistis gas tersebut bisa diserap oleh rumah tangga dan industri yang menjadi target pasar proyek tersebut karena harganya yang relatif mahal. Untuk itu, PGN meminta Pemerintah untuk memberikan insentif kepada masyarakat dan industri sebagai upaya konversi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ke gas bumi.
"Ada baiknya Pemerintah dapat mengubah paradigma dengan tidak lagi menjadikan gas bumi sebagai mainly income. Kalau tidak begitu, industri kita bisa kalah dengan negara-negara Asean seperti Malaysia yang menjual harga gasnya di kisaran US$ 4 per mmbtu," katanya.
Pembangunan jalur distribusi pipa gas Duri-Dumai sudah direncanakan sejak akhir 2000 silam dan masih tersendat sampai sekarang karena masalah pasokan gas dan kesulitan mencari calon pembeli.