Jakarta, CNN Indonesia -- PT Saka Energi Indonesia, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), memulai kegiatan eksplorasi
shale gas di Amerikat Serikat bulan lalu. Dengan menggandeng Swift Energy selaku operator, proyek shale gas Saka Energi ditargetkan bisa dieksploitasi enam hingga delapan tahun kedepan.
"Kami positif menemukan cadangan gas di fraktur bebatuan shale-nya. Sekarang masih dihitung kandungannya melalui reservoir," ujar Vice President Exploration Saka Energi Rovicky Putrohari kepada CNN Indonesia, Kamis (9/10).
Shale gas adalah gas alam yang diperoleh dari serpihan batuan shale atau tempat terbentuknya gas bumi. Hasilnya produksinya bisa menjadi salah satu sumber energi yang paling penting di tahun-tahun mendatang
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rovicky mengaku, eksplorasi gas yang terbentuk dari serpihan batuan shale itu dimaksudkan sebagai upaya ekspansi perseroan di sektor energi baru. Dengan upaya tersebut, ia bilang, perseroan juga mendapatkan pembelajaran terkait kegiatan eksplorasi shale gas yang sudah 40 tahun terakhir diteliti oleh beberapa perusahaan di Amerika. "Nantinya produksi
shale gas di Amerika juga akan diimpor ke Indonesia. Kami lihat hitungannnya masih ekonomis," kata Rovicky.
Saat ini, Saka Energi diketahui memiliki hak partisipasi atau participating interest (PI) sebesar 36 persen di lapangan Fasken, Eagle Ford, AS. Untuk mendapatkan hak tersebut, Saka menggelontorkan investasi sebesar US$ 175 juta. Sementara, sebanyak 64 persen hak partisipasi dikuasai Swift Energy sebagai operator proyek. "Kami sengaja mengandeng dia agar Saka bisa belajar banyak tentang Shale Gas. Selain Pertamina, Kami juga mau bermain shale gas di Indonesia," pungkasnya.