Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengaku sudah memperkirakan target pertumbuhan ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2014 sebesar 5,5 persen tidak akan tercapai. Namun, JK mengatakan kegagalan dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut bukan menjadi tanggung jawab pemerintahan baru.
"Hal itu memang sudah kita perkirakan, bahwa pertumbuhan ekonomi kita akan menurun dari tahun lalu karena banyak faktor baik internal dan eksternal. Kalau sampai tidak tercapai itu sebagai efek kebijakan yang dibuat tahun lalu, bukan oleh pemerintahan baru," ujar JK di kantornya, Kamis (6/11).
JK menjelaskan ketika pemerintah membuat suatu kebijakan ekonomi, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi baru akan terasa dalam waktu empat sampai enam bulan ke depan. Jadi jika sampai akhir tahun ini pertumbuhan ekonomi tidak mencapai target, JK menyebut itu akibat kebijakan ekonomi yang salah dibuat oleh pemerintah pada bulan Juli.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi jika tidak ada pertumbuhan ekonomi, efek itu akibat kebijakan bulan Juli. Tetapi kalau sampai akhir tahun ini hanya mencapai angka 5 persenan, kami akan berusaha menaikkan pertumbuhan itu tahun depan," tegasnya.
Sebelumnya saat membuka pameran Indonesia Infrastructure Week 2014 di Jakarta Convention Center kemarin, JK optimistis target pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 7 persen bukan hal yang mustahil untuk dicapai. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur yang dapat menggerakkan aktivitas perekonomian Indonesia.
"Kalau kita bisa membuat produktivitas yang lebih baik, itu lebih mudah. Saat ini saja dengan kondisi jalan yang rusak, kita masih bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 5 persen," ujar JK kemarin.
DiragukanPengamat ekonomi sendiri masih meragukan pemerintahan Joko Widodo-JK mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi 7 persen yang ditetapkannya sendiri. Beberapa faktor internal dan eksternal yang berpotensi terjadi tahun depan, menjadi dasar keraguan tersebut.
Hendri Saparini, Executive Director Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan hanya akan mencapai 5,6 persen. Angka ini muncul setelah mempertimbangkan kebijakan moneter yang akan diambil bank sentral Amerika Serikat, The Fed pada awal tahun depan. Faktor lain yang juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun depan adalah kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, serta pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang diperkirakan masih melambat.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan masih akan ditopang oleh konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah. Konsumsi pemerintah tahun depan akan meningkat seiring dengan banyaknya proyek infrastruktur yang dilakukan oleh Joko Widodo. Memang biaya yang dibutuhkan besar, namun pemerintah berjanji ingin meningkatkan rasio pajak hingga 16 persen, yang memang bisa membiayai konsumsi pemerintah," ujar Hendri.
Dia menambahkan naiknya harga BBM bersubsidi diproyeksi tidak akan begitu memengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, namun akan berdampak besar pada kenaikan tingkat inflasi dan penentuan suku bunga Bank Indonesia (BI rate). "Jika BBM bersubsidi dinaikkan, maka efeknya baru akan terjadi pada 2015. Hal ini akan menyebabkan inflasi sebesar 8 hingga 9 persen dan BI rate diprediksi mencapai 9 persen tahun depan," jelas Hendri.