Jakarta, CNN Indonesia -- Arab Saudi, angota paling berpengaruh dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) menolak usulan Venezuela agar organisasi memangkas produksi minyak mentah. Hal tersebut membuat OPEC memutuskan untuk tidak memangkas target produksinya seperti usulan Venezuela agar harga minyak mentah naik.
Hal tersebut menjadi salah satu keputusan pertemuan negara-negara anggota OPEC yang berlangsung selama enam jam di Wina, Austria, pada Kamis (27/11) kemarin.
Dampak dari keputusan OPEC yang tidak jadi memangkas produksi dari angka 30 juta barel per hari tersebut langsung menekan harga minyak Brent, yang dijadikan acuan negara-negara eropa sekitar 7 persen menjadi US$ 72,6 per barel. Sementara harga minyak jenis
light crude juga turun 7 persen ke bawah US$ 69 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut sejumlah analis yang dikonfirmasi CNN Money, untuk dapat menaikkan harga minyak dunia anggota OPEC setidaknya harus memangkas produksi sekitar 1,5 juta barel per hari.
Kebijakan OPEC untuk tetap mempertahankan produksi minyak di angka 30 juta barel per hari memberi dampak negatif bagi keuangan negara-negara produsen minyak besar seperti Rusia, Nigeria, dan Venezuela. Tiga negara tersebut perlu menjaga harga minyak di angka US$ 90 per barel untuk dapat mencapai target ekonominya.
Harga BBM IndonesiaNamun, penurunan harga minyak justru memberikan dampak positif bagi negara importir seperti Indonesia. Siang tadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said mengatakan pemerintah akan mengkaji ulang penetapan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ditengah penurunan harga minyak dunia.
Mantan Direktur Utama PT Pindad (Persero) tersebut mengaku telah menugaskan Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas), PT Pertamina (Persero), Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), serta instansi terkait untuk menghitung ulang besar harga keekonomian minyak saat ini.
"Yang pasti harga BBM bersubsidi harus dibawah harga keekonomian," ujar Sudirman, Jumat (28/11).
Namun meskipun harga minyak cenderung turun, pemerintah menegaskan tak akan gegabah dalam mengambil keputusan terkait penurunan harga BBM bersubsidi yang sebelumnya telah dinaikan sebesar Rp 2.000 per liter. Ini mengingat kebijakan untuk menaikan dan menurunkan harga BBM merupakan hal yang sulit lantaran harus melewati proses yang rumit dan panjang.
"Tapi tidak lantas ekstrem menurunkan. Soalnya kita sudah mati-matian menyesuaikan ke harga keekonomian," tutur Sudirman.
Saat ini, harga minyak jenis
light crude untuk pengiriman Desember 2014 tercatat US$ 68,97 per barel. Angka ini terus mengalami penurunan sejak dua bulan terakhir akibat berlebihnya pasokan di pasar minyak dunia. Pemerintahan Joko Widodo sendiri pada 18 November 2014 kemarin telah menaikan harga Premium dan Solar sebesar Rp 2.000 per liter.