INDUSTRI MAINAN

Kebanjiran Order Pemerintah, Omset Pengrajin Mainan Meroket

CNN Indonesia
Jumat, 26 Des 2014 14:26 WIB
Dengan asumsi harga per mainan Rp 60 ribu, maka omset pengrajin mainan edukasi dan tradisional rata-rata berkisar Rp 12 miliar hingga Rp 18 miliar per bulan.
Menjelang Natal 2014 dan Tahun Baru 2015, industri mainan dalam negeri kebanjiran permintaan.(Matt Cardy/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelang Natal 2014 dan Tahun Baru 2015, industri mainan dalam negeri kebanjiran permintaan. Bukan karena faktor hari raya, tetapi karena pengadaan mainan edukatif oleh pemerintah selalu meningkat di setiap kuartal terakhir sehingga omset pengrajin diperkirakan melonjak 650 persen dari kondisi normal.

"Kalau dalam kondisi normal biasanya per pengrajin bisa menjual 40 ribu mainan per bulan, di Oktober, November dan Desember itu bisa meningkat jadi 200 ribu hingga 300 ribu mainan," jelas Danang Sasongko, Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI), kepada CNN Indonesia, Jumat (26/12).

Apabila harga rata-rata mainan edukatif sebesar Rp 60 ribu per unit, kata Danang, maka pengrajin mainan berpotensi meraup pendapatan sekitar Rp 12 miliar hingga Rp 18 miliar per bulan pada kuartal  IV 2014 atau meningkat sekitar 400-650 persen dibandingkan kondisi normal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Biasanya memang pengadaan pemerintah itu meningkat di bulan-bulan terakhir. Untuk produk mainan edukatif outdoor itu seperti perosotan dan ayunan, sedangkan mainan indoor seperti puzzle dan ayunan," jelasnya.

Danang mengatakan saat ini anggota APMETI baru sekitar 20 pengrajin mainan edukatif dan mainan tradisional, yang melibatkan banyak rumah tangga di kampung-kampung. Selama ini, para pengrajin tersebut menghadapi kendala pasar untuk bisa bersaing dengan produk sejenis asal Tiongkok.

"Rata-rata pengrajin rumahan juga sulit untuk memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang terbitkan Kementerian Perdagangan," tuturnya.

Tantangan dan Peluang

Kendati demikian, kata Danang, kebijakan Kemendag memperketat penerapan SNI berhasil mengurangi persaingan di pasar mainan nasional. Sebab, kebijakan itu berhasil menghambat masuk produk mainan asal Tiongkok sekitar 30 persen hingga 40 persen.

"Karena tidak semua mainan Tiongkok memenuhi standar SNI dan ini bisa jadi kesempatan buat kami," katanya.

Apabila kebijakan pemerintah pro terhadap industri dalam negeri, Danang optimistis pada tahun depan pasar mainan edukasi dan tradisional bisa meningkat hingga 40 persen, menggantikan produk mainan Tiongkok yang tertahan.

"harga jual juga naik sekitar Rp 15 ribu per mainan, karena rata-rata kenaikannya per tahun sekitar 20 persen," tuturnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER