Jakarta, CNN Indonesia -- PT Indonesia AirAsia yang baru saja kehilangan satu pesawat Airbus A320-200 sejak kemarin pagi, diyakini akan mampu bangkit tahun depan. Meskipun hilangnya pesawat tersebut dipastikan akan mengurangi jumlah pesawat yang dioperasikannya dari 30 unit menjadi hanya 29 unit tahun depan.
Pada Oktober 2014 lalu, Presiden Direktur Indonesia AirAsia Sunu Widyatmoko memastikan maskapainya tidak berencana menambah jumlah pesawat yang dioperasikan tahun depan. Untuk itu, Sunu menyebut target jumlah penumpang juga tidak akan bergerak dari angka target tahun ini sebanyak 8 juta penumpang.
"Jumlah penumpang tahun depan bisa sama sampai 8 juta penumpang seperti target tahun ini saja sudah bagus. Banyak faktor penghambat soalnya seperti avtur dan ketersediaan slot penerbangan. Selain itu kami juga belum berencana menambah pesawat, fokus kami hanya menjaga margin dan menekan tingginya biaya operasional,” ujar Sunu ketika itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belum diperoleh keterangan dari Indonesia AirAsia maupun CEO AirAsia Group Tony Fernandes apakah insiden yang terjadi kali ini akan berpengaruh signifikan terhadap proyeksi kinerja perseroan tahun depan.
Namun, Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe meyakini bahwa Indonesia AirAsia masih akan mampu meningkatkan kinerjanya tahun depan.
“Meski tidak menambah armada, tetapi outlook industri penerbangan masih menjanjikan asalkan mereka bisa memaksimalkan rute yang ada. Yang jadi fokus sekarang adalah kurs dan harga minyak mentah yang belum jelas,” kata Kiswoyo.
Laporan Keuangan kuartal III 2014 AirAsia Berhad, pemegang 49 persen saham Indonesia AirAsia menyebutkan, sepanjang Juli-September 2014 anak usahanya tersebut berhasil memperoleh pendapatan Rp 1,71 triliun, naik 6,21 persen dibandingkan periode yang sama di 2013 sebesar Rp 1,61 triliun.
Naiknya pendapatan Indonesia AirAsia justru bisa diperoleh ketika jumlah penumpang yang diterbangkannya selama tiga bulan di kuartal III mengalami penurunan 10,24 persen menjadi 1,84 juta penumpang. Sementara jumlah penumpang kuartal III 2013 tercatat sebanyak 2,05 juta penumpang.
Turunnya jumlah penumpang tersebut akibat jumlah penerbangan yang dilayani Indonesia AirAsia turun menjadi 12.921 penerbangan, lebih rendah 15,14 persen dibandingkan penerbangan kuartal III 2013 sebanyak 15.228 penerbangan.
Kebijakan mengurangi jumlah penerbangan yang tidak menguntungkan atau sepi penumpang menjadi bagian strategi manajemen untuk menekan biaya operasional yang meningkat. Strategi tersebut terbukti berhasil menorehkan laba bersih pada kuartal III 2014 sebesar Rp 1,67 miliar. Meskipun belum bisa menutupi kerugian lebih besar yang dialami perseroan pada kuartal I dan kuartal II 2014.
Laporan keuangan Indonesia AirAsia menyebutkan sepanjang Januari-September 2014, perseroan mengalami kerugian sebesar Rp 792,91 miliar dibandingkan perolehan laba bersih Januari-September 2013 sebesar Rp 55,39 miliar.
“Kuartal I sampai kuartal III kami masih rugi. Kami sudah tutup penerbangan dari Ujung Pandang (Makassar), yaitu Ujung Pandang-Jakarta, Ujung Pandang-Surabaya, dan Ujung Pandang-Denpasar sehingga jumlah penerbangan yang kami layani berkurang dan kami bisa hemat avtur,” ujar Sunu.