Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan dana kelolaan (Asset Under Management/AUM) reksa dana diprediksi dapat tumbuh pada kisaran 15 -20 persen, ditopang oleh faktor domestik Indonesia yang dinilai cukup baik.
Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia Denny R. Thaher mengatakan ekonomi Indonesia cukup solid. Dia menilai inflasi akan rendah, dan nantinya proyek-proyek infrastruktur akan terdorong. Hal itu dinilai membuat efek multiplier terhadap ekonomi lebih banyak.
“Meskipun demikian, ada risiko yang perlu diwaspadai yaitu suku bunga Amerika yang diperkirakan meningkat pertengahan tahun ini,” ujar Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia Denny R. Thaher dalam acara pembukaan Pekan Reksa Dana Nasional 2015, di Jakarta, Senin (19/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ia optimistik pemerintah dapat mengatasi permasalahan infrastruktur, terutama yang terkait dengan masalah pembebasan lahan. Menurutnya, regulasi yang dibuat pemerintah nantinya akan efektif untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Adapun total pangsa pasar reksa dana per Desember 2014 meningkat 23 persen menjadi Rp 233,87 triliun dibandingkan 2013 Rp 189,98 triliun. Dari sisi jenis, reksa dana saham masih mendominasi pangsa pasar reksa dana dengan total dana kelolaan mencapai 47,65 persen dari seluruh industri, naik 1,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara produk reksa dana terproteksi memiliki dana kelolaan tertinggi kedua yaitu sebesar Rp 42,26 triliun atau 18,07 persen. Disusul produk reksa dana pendapatan tetap dengan dana kelolaan Rp 34,15 triliun atau 14,6 persen.
Lebih lanjut, produk reksa dana campuran menyusul dengan dana kelolaan Rp 21,93 triliun atau 9,38 persen. Jumlah itu disusul reksa dana pasar uang Rp 20,35 triliun atau 8,7 persen. Sementara reksa dana indeks memiliki dana kelolaan terkecil yakni sebesar Rp3,75 triliun atau 1,6 persen.
Investasi Berbasis PropertiLebih lanjut, Denny berharap dapat memperbanyak pilihan produk Dana Investasi Real Estate (DIRE) pada 2015. Ia melihat masyarakat Indonesia cenderung berinvestasi di aset properti. Produk DIRE sendiri merupakan kontrak investasi kolektif berbasis properti dan baru masuk di Indonesia akhir tahun 2012.
“Masyarakat Indonesia dalam berinvestasi lebih senang beli rumah, kalau enggak beli tanah, yang sebenarnya sudah difasilitasi dengan adanya produk DIRE”, jelasnya.
Menurutnya, tahun lalu peminatnya cukup baik meskipun dia tidak menjelaskan secara pasti jumlahnya. Dia memprediksi tahun ini peminatnya akan meningkat, meski dari segi produk Denny menyadari masih terbatas.
(gir/gir)