Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Dunia mencatat hampir 200 juta orang di Asia Timur migrasi ke perkotaan selama periode 2000 sampai 2010. Jumlah tersebut setara dengan populasi penduduk enam negara terbesar di dunia. Jakarta masuk dalam delapan kota di Asia Timur yang tingkat urbanisasinya paling besar.
"Urbanisasi yang cepat merupakan tantangan yang signifikan untuk Asia Timur, tapi kita tidak bisa mengelola apa yang tidak bisa kita ukur," ujar Wakil Direktur Bank Dunia untuk wilayah Asia Timur dan Pasifik Axel van Trotsenburg dalam siaran persnya, Senin (26/1).
Data menunjukkan secara keseluruhan daerah perkotaan di Asia Timur rata-rata tumbuh 2,4 persen per tahun selama dekade penelitian, dengan luas lahan perkotaan mencapai 134.800 kilometer persegi pada 2010.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trotsenburg mengatakan populasi penduduk perkotaan di Asia Timur tumbuh pesat rata-rata 3 persen per tahun menjadi 778 juta pada 2010. Angka tersebut merupakan yang terbesar dari wilayah manapun di dunia dan setidaknya membutuhkan sekitar 50 tahun untuk meningkatkan jumlah penduduk sebesar itu di kawasan Eropa.
Bank Dunia dalam penelitiannya menemukan hubungan langsung antara urbanisasi dan pertumbuhan pendapatan, di mana produk domestik bruto (PDB) per kapita meningkat di seluruh wilayah seiring dengan meningkatnay jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan.
Masih berdasarkan temuan Bank Dunia, setidaknya terdapat 869 daerah perkotaan di Asia timur, dengan jumlah penduduk lebih dari 100 ribu orang. Jakarta masuk dalam daftar delapan kota besar di kawasan tersebut yang menjadi tempat tinggal lebih dari 10 juta orang. Ketujuh kota lainnya adalah Shanghai dan Beijing yang berada di delta sunga Mutiara Tiongkok, Tokyo, Osaka, Seoul dan Manila.
"Meningkatkan kualitas data untuk memahami tren ekspansi perkotaan sangat penting, sehingga pembuat kebijakan dapat membuat keputusan yang lebih baik untuk mendukung masyarakat dalam menghadapi lingkungan yang berubah dengan cepat, melalui akses terhadap layanan, pekerjaan dan perumahan," Marisela Montoliu Munoz, Direktur Bank Dunia Grup Sosial, Perkotaan, Perdesaan dan Praktik Ketahanan Global.
(ags/ags)