Jakarta, CNN Indonesia -- Para kolektor kostum sepakbola original (jersey) tampak serius mencermati kebijakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang melarang impor pakaian bekas. Kebijakan tersebut dinilai akan mengganggu hobi yang berlandaskan rasa cinta akan klub sepakbola kesayangan mereka di luar negeri.
Richie Viando (32), kolektor jersey ternama asal Bandung, Jawa Barat merasa heran dengan alasan yang dikemukakan pemerintah bahwa pakaian bekas impor terbukti mengandung banyak bakteri dan jamur yang membahayakan konsumen.
Dia mengaku sudah mengoleksi jersey sejak usia belasan tahun ketika masih mengenyam pendidikan sekolah menengah atas (SMA). “Kalau disebut alasannya karena penyakit, sampai saat ini buktinya saya sehat-sehat saja. Bahkan pedagang di Pasar Senen atau Pasar Gedebage, Bandung penjualnya sudah puluhan tahun berdagang dan orangnya masih ada sampai sekarang,” kata Richie ketika dihubungi, Minggu (8/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Richie yang cukup aktif melakukan jual-beli jersey di dunia maya melalui akun twitter @jerseyvintage mengaku selama ini mendapatkan jersey yang akan dikoleksi maupun dijualnya lagi dari Malaysia, Jepang, atau Singapura. Pembelinya tidak tanggung-tanggung, dia mengaku kerap menjual kembali jersey koleksinya kepada pembeli asal Inggris yang setia memantau setiap kali dirinya memposting jualannya ke 3.396 follower akun twitternya tersebut.
Selain mendatangkan sendiri jersey original dari luar negeri, pria yang juga merintis Komunitas Jersey Bandung (KJB) tersebut mengaku kerap membelinya dari pasar-pasar pakaian tradisional di Jakarta atau Bandung. Sehingga menurutnya, kalau aturan larangan impor pakaian bekas itu diberlakukan, jelas yang rugi bukan hanya para kolektor saja yang tidak bisa menyalurkan hobi mengoleksi khususnya jersey klasik dari tahun 1990-an.
“Tetapi ribuan pedagang pakaian bekas yang sudah pasti ada di seluruh provinsi di Indonesia akan kehilangan mata pencaharian. Sudah benar jadi pedagang malah dibuat nganggur oleh pemerintah,” kata Richie. Meskipun pekerjaan jual-beli jersey original dilakukannya sebagai sampingan, namun Richie mengaku sudah mengumpulkan dana yang cukup untuk membuka toko offline khusus jersey original klasik dalam waktu dekat.
Berantas Jersey KWSementara Rochman Ma’ruf Iswandana (29), kolektor jersey sepakbola lainnya dari Yogyakarta meminta pemerintah seharusnya tidak melarang para kolektor untuk tetap membeli jersey koleksinya dari luar negeri. Menurut pria yang akrab disapa Aan tersebut, mengoleksi dan menjual jersey original bekas jauh lebih mulia daripada memperdagangkan produk jersey imitasi atau biasa disebut jersey KW.
“Kalau bisa usul sih, daripada Kemendag urus barang bekas lebih baik menertibkan jersey KW yang masih banyak masuk ke Indonesia. Sekarang ini jersey original sudah banyak yang murah-murah dan terjangkau kok, tidak perlu beli yang KW kalau memang anggaran terbatas,” tegas Aan.
Pria yang sehari-harinya merupakan pegawai negeri di salah satu instansi pemerintah menyebut, saat ini jersey original bisa diperoleh dengan harga mulai dari Rp 100 ribu saja, sementara produk jersey KW dijual dengan selisih harga hanya beberapa puluh ribu. "Kebanggaannya beda jika menggunakan jersey original dengan jersey KW," kata Aan.
Berdasarkan pantauan, komunitas jersey original di Indonesia sendiri terbilang cukup besar dan tersebar di hampir seluruh kota di Indonesia. Hal tersebut bisa terlihat dari aktifnya kegiatan jual-beli jersey original baik melalui twitter, facebook, maupun kaskus selama beberapa tahun belakangan ini.
Sebagai contoh, akun @utdfootball yang digagas oleh pria bernama Galih Satrio Pinandito sebagai pionir jual-beli jersey original melalui twitter memiliki follower 7.055 orang. Sementara akun @jerseyforum yang kerap memberikan informasi perkembangan jersey di dalam dan luar negeri memiliki pengikut sebanyak 15.394 orang.
“Agak
berabe kalau memang jersey jadi produk yang dilarang impor oleh pemerintah. Tapi kalau memang diberlakukan, pasti saya dan teman-teman dari Jersey Forum akan membahasnya dengan serius,” ungkap Galih.
(gen)