Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno memberi lampu hijau terkait usulan kerjasama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dengan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dalam proyek
smelter grade alumina (SGA) di Mempawah, Kalimantan Selatan. Persetujuan ini diutarakan usai Kementerian BUMN menggelar rapat kerja bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Komisi VI DPR mengusulkan agar Inalum bisa ikut di proyek Alumina Antam di Mempawah. Setelah berdiskusi panjang, kami sepakat Inalum bisa bekerjasama dengan menyertakan modal di proyek tersebut," ujar Rini di Gedung DPR, Rabu (11/2) dini hari.
Menurut Rini, kerjasama ini bertujuan agar total investasi pembangunan proyek sekitar Rp 20 triliun bisa tertutupi. Selain itu, rencana
joint venture tersebut juga dilakukan demi menjamin pasokan bahan baku alumina untuk memproduksi aluminium
ingot (batangan) yang bahan bakunya masih impor dari Australia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapasitas produksi
smelter Mempawah sendiri ditargetkan mencapai 1,6 juta metrik ton per tahun. "Tapi untuk besarannya saham dan modal masing-masing perusahaan masih dibicarakan. Mungkin dalam waktu dekat akan ada hasil," tutur Rini.
Berdasarkan prognosa Antam, jika tak mengalami hambatan pembangunan pabrik
smelter di Mempawah membutuhkan waktu sekitar tiga tahun.
Rini mengatakan, pemerintah berjanji akan secepatnya menyuntikan modal Antam dengan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebanyak Rp 3,5 triliun sesuai dengan persetujuan yang diberikan Komisi VI DPR tadi malam. Angka tersebut lebih rendah 50 persen dari usulan pemerintah sebelumnya dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2015 di angka Rp 7 triliun.
"Antam memang sedang ada banyak proyek. Tapi kami berharap PMN ini bisa menutupi proyek Feronikel di Halmahera, SGA di Mempawah dan Anode Slime di Jakarta," pungkas Rini.
Hemat DevisaSebelumnya Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto mengatakan setidaknya ada 27 komitmen proyek pembangunan
smelter yang tercatat di kementeriannya senilai US$ 35,51 miliar. Pembangunan puluhan pabrik pengolahan dan pemurnian bahan galian tambang tersebut diyakini bisa menghemat devisa sebesar US$ 15,54 miliar jika sudah beroperasi seluruhnya.
“Proses pembangunan
smelter biasanya setahun sampai dua tahun, itupun kalau tidak terkendala lahan,” ujar Harjanto.
Menurut Harjanto komitmen investasi pembangunan
smelter yang sampai ke mejanya meliputi
smelter slab,
billet,
pig iron, sponge iron/
pellet, alumina, tembaga, dan ferronikel.
(gen)