Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menargetkan pertumbuhan kredit sektor pangan bisa meningkat 20 persen di 2015. Jika tahun lalu BRI merealisasikan Rp 99 triliun untuk membantu pengembangan usaha di bidang pangan, maka bisa dihitung tahun ini kredit jenis tersebut bisa mencapai Rp 118,8 triliun.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan penarikan pinjaman dari sektor pangan bisa meningkat karena banyak program pemerintah yang mengedepankan pada pembangunan infrastruktur pertanian.
"Tahun ini kami yakin pembiayaan sektor pangan bisa meningkat sebesar 20 persen. Bahkan bisa lebih karena sepertinya pemerintah telah mencanangkan irigasi dan penyediaan traktor," ujar Asmawi ditemui selepas menghadiri acara di Jakarta Convention Center, Jumat (13/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan adanya program infrastruktur pertanian ini, ia pun juga optimis bahwa tingkat non-performing loan (NPL) di sektor ini akan semakin rendah karena adanya peningkatan produktivitas. Kondisi tersebut membuat nasabah bisa mengembalikan pinjaman meskipun dengan tingkat bunga yang sama.
"Semoga tahun ini bisa satu persen NPL-nya. Pada dasarnya NPL di sektor ini memang rendah, tapi kalau bisa lebih rendah lagi ya bagus," jelas Asmawi.
Kontribusi Besar
Sepanjang 2014 lalu, Asmawi mencatat total pembiayaan sektor pangan Indonesia sebesar Rp 212 triliun. Dengan menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 99 triliun maka BRI menyumbang 46,69 persen dari total pangsa pasar pembiayaan sektor pangan di Indonesia. Hal ini dianggapnya juga akan membantu posisi BRI sebagai bank kredit khusus sektor pangan, sehingga kepercayaan masyarakat diharapkan akan bertambah.
"Program pemerintah di sektor pertanian merupakan langkah yang sangat baik, namun hal tersebut juga harus didukung dengan sektor perbankan yang mendukung agar produktivitas meningkat. Makanya kami juga akan perluas akses kreditnya," tambahnya.
Perluasan akses tersebut, tambahnya, akan dilakukan dengan penambahan branch agent sebanyak 35 ribu orang untuk mempermudah akses transaksi di 70 ribu desa di seluruh Indonesia. Menurutnya, hal ini lebih efisien dibanding harus membangun kantor cabang yang memerlukan biaya mahal dan tidak efisien.
"Sekarang kami sudah punya 25 ribu agen, masih butuh 10 ribu branch agent lagi sehingga setiap agennya bisa menangani dua desa. Tapi sepertinya kami akan merekrut lebih banyak, sehingga di akhir tahun ini kami akan memiliki 50 ribu branch agent yang tersebar di 70 ribu desa di seluruh Indonesia," tutur Asmawi.
(gen)