Jakarta, CNN Indonesia -- Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan pertambangan timah, PT Timah Tbk memutuskan untuk memangkas jumlah dividen pada tahun ini, mengingat perusahaan berencana untuk merealisasikan beberapa proyek yang diharapkan bisa meningkatkan pendapatan PT Timah ke depannya.
"Untuk tahun ini, kami membagikan dividen sebesar 30 persen dari laba bersih tahun 2014 sebesar Rp 637,96 miliar. Sedangkan sisanya menjadi cadangan perusahaan karena akan ada banyak pengembangan yang kami lakukan di tahun ini," ujar Direktur Utama PT Timah Sukrisno, di Jakarta, Kamis (26/3).
Pada tahun ini, PT Timah membagikan dividen sebesar Rp 191,39 miliar dengan rincian dividen tunai kepada negara sebesar Rp 124,4 miliar dan kepada publik sebesar Rp 66,98 miliar. Apabila dibagi per lembar saham, maka nilai dividen mencapai Rp 25,7 per lembarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka pembagian dividen ini lebih kecil dibandingkan tahun lalu, di mana pada saat itu RUPS menyetujui pembagian dividen sebesar Rp 283,29 miliar atau sebanyak 55 persen dari laba bersih tahun 2013 yang mencatat angka Rp 515,07 miliar.
"Dengan pembagian dividen sebesar 30 persen, artinya kami mencadangkan dana sebesar 70 persen dari laba bersih yang nantinya digunakan untuk pembiayaan proyek-proyek yang sedang kami lakukan untuk menambah pendapatan perusahaan," katanya.
Sukrisno menambahkan, beberapa proyek yang kini sedang diselesaikan oleh PT Timah antara lain pembangunan Rare Earth Element (REE) di Bangka Barat dengan nilai investasi mencapai Rp 130 miliar, yang dibangun di atas lahan seluas 108 hektare. REE ini diharapkan mulai beroperasi pada bulan Juni mendatang.
Selain itu, PT Timah juga akan membangun smelter di Kundur, Kepulauan Riau, dengan nilai investasi mencapai Rp 30 hingga 40 miliar demi mengembangkan produksi di provinsi tersebut. Perusahaan juga akan membangun dock yard di Sungailiat, Bangka Belitung, dengan nilai investasi Rp 70 miliar.
Di samping itu, PT Timah pun akan melakukan proyek kerjasama dengan PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya untuk merampungkan proyek properti dengan komposisi pembiayaan 45 persen dari PT Timah, 30 persen dari PT Wijaya Karya, dan 30 persen sisanya dari PT Adhi Karya.
"Untuk proyek properti ini kami mengeluarkan dana sebesar Rp 150 miliar dengan kebutuhan luas tanah mencapai 176 hektare yang diharapkan bebas pada semester kedua tahun ini di Bekasi, Jawa Barat. Sejauh ini, kami telah membangun 1.300 unit rumah di atas lahan seluas 30 hektar," ujar Sukrisno.
Sukrisno juga mengatakan bahwa total belanja modal dari perusahaan ini mencapai Rp 1,2 triliun. Pembiayaan proyek tidak hanya berasal dari kas perusahaan, namun juga dari pinjaman perbankan sebesar Rp 3 triliun.
"Dengan jumlah dividen yang lebih sedikit dan jajaran direksi yang tak diganti, para pemegang saham yakin bahwa kami bisa menyelesaikan proyek-proyek tersebut dan diharapkan bisa membuat laba hingga menembus Rp 1 triliun pada tahun ini," ujar dia.