Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah mengalami pelemahan kinerja pada tiga bulan pertama tahun ini, PT Indofood Sukses Makmur (INDF) berharap momen bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri menyelamatkan neraca perseroan di kuartal II 2015. Adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), anak usaha yang bergerak di industri makanan, yang diharapkan jadi motor utama pendongkrak laba perusahaan.
"Kami harap seperti itu karena produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) cepat terserap pada masa-masa tersebut. Yang penting bagi kami adalah bukan seberapa besar kenaikan permintaannya, tapi seberapa besar produk kami dapat diserap oleh pasar," ujar Presiden Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Anthoni Salim di Jakarta, Jumat (8/5).
Bulan puasa dan hari raya Idul Fitri diharapkan Anthoni dapat menutup lemahnya kinerja kuartal pertama INDF yang utamanya disebabkan oleh depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Selain mengandalkan momen tersebut, perusahaan juga berusaha untuk menyeimbangkan penggunaan bahan baku ekspor dan impor, khususnya untuk ICBP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, kinerja penjualan INDF pada kuartal pertama didominasi oleh ICBP dengan porsi 52 persen. Sementara Bogasari dan Agribisnis masing-masing menopang 25 dan 15 persen dari total penjualan pada periode tersebut.
"Kami harap kuartal II bisa membaik. Pada kuartal lalu kami melemah akibat adanya depresiasi rupiah karena sebagian besar bahan baku kami, seperti gandum, masih diimpor. Selain itu terdapat juga materi packaging yang diimpor," tuturnya.
Sebagai catatan, pada kuartal lalu INDF berhasil mencatatkan laba sebesar Rp 870,1 miliar, atau turun sebesar 37,4 persen dibanding angka periode sebelumnya dengan jumlah laba mencapai Rp 1,39 triliun. Di samping itu, angka penjualan INDF di triwulan pertama tahun ini juga mengalami penurunan tipis sebesar 0,1 persen menjadi Rp 15,02 triliun.
Meskipun optimistis akan kinerja kuartal II, Anthoni tidak ingin membeberkan target penjualan dan laba pada periode berikutnya. Selain itu, perusahaan pun juga mengisyaratkan akan melakukan kenaikan harga beberapa produk jika melemahnya kondisi makroekonomi dan kenaikan harga bahan baku produksi tak bisa diredam.
"Meskipun ada hambatan, kita masih tetap mempertahankan beberapa merk untuk tidak mengalami kenaikan harga," katanya.