Jakarta, CNN Indonesia -- Produsen semen, PT Holcim Indonesia Tbk memastikan untuk mengeluarkan belanja modal senilai US$ 150 juta pada 2015, atau lebih sedikit 25 persen dibandingkan dengan tahun lalu mengingat proyek-proyek besar perusahaan seperti pembangunan pabrik Tuban 2 sudah rampung pada awal tahun ini.
Chief Financial Officer Holcim Indonesia Kent Carson mengatakan bahwa belanja modal tahun ini hanya akan digunakan untuk memperbaiki infrastruktur pabrik Tuban 2 yang masih perlu diperbaiki. Selain itu, penggunaan belanja modal juga akan dikonsentrasikan untuk memperbaiki terminal-terminal semen di Lampung dan Palembang.
"Dengan uang sejumlah US$ 150 juta, kami akan berupaya untuk memperbaiki beberapa pelengkap pabrik Tuban 2 dan lain-lainnya. Selain itu, belanja modal kami tahun ini lebih kecil karena proyek besar kami sudah rampung," terangnya di Jakarta, Selasa (19/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, belanja modal perusahaan dari tahun ke tahun memang memilki tren yang menurun. Pada tahun 2014, belanja modal perusahaan menurun 15 persen dibandingkan tahun 2013, sedangkan pada tahun ini belanja modal menurun 25 persen dibandingkan tahun 2014.
"Setelah Tuban 2 kami belum akan melakukan investasi baru. Cukup memperbaiki kinerja pendukung produksi yang sudah ada saja," tambahnya.
Sebagai informasi, Pabrik Tuban 1 dan Tuban 2 dibangun oleh perusahaan dengan biaya mencapai US$ 800 juta. Pabrik Tuban 1 sudah mulai beroperasi sejak tahun 2013 dengan kapasitas mencapai 1,7 juta ton per tahun sedangkan pabrik Tuban 2 baru beroperasi pada kuartal tahun 2015 dengan kapasitas mencapai 3,5 juta ton.
Untuk membantu pembiayaan belanja modal, perusahaan juga berencana untuk memperbarui utang sindikasi dengan nilai Rp 2,5 triliun pada bulan Juni 2015 mendatang. Lebih lanjut, perusahaan juga ingin agar utang dalam denominasi rupiah mengambil porsi sebesar 36 persen dari total utang perusahaan pada tahun ini.
"Pada tahun lalu proporsi utang asing dengan dalam negeri sebesar 70 berbanding 30. Tahun ini kami ingin turunkan proporsi utang dalam mata uang asing menjadi 36 persen, bahkan kami ingin tekan proporsi utang dengan mata uang asing sampai 20 persen pada tahun depan," tuturnya.
(gir)