Tower Bersama Yakin Tukar Guling Saham Mitratel Berlanjut

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Rabu, 27 Mei 2015 20:16 WIB
“Direksi dan komisaris Telkom menyatakan sedang menelaah proses transaksi tersebut. Kami percaya Telkom berkomitmen,” ujar Direktur Utama TBIG.
Gedung Telkom. (CNN Indonesia/Fathiyah Dahrul)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meski ditentang berbagai pihak, perusahaan menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) masih yakin proses tukar guling saham (share swap) PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dengan induk usahanya, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) bakal terus berjalan.

“Dalam conditional share exchange agreement (perjanjian tukar guling/CSEA), transaksi itu masih berlangsung. Kami dan Telkom merupakan perusahaan terbuka, maka taat dan mengikuti peraturan yang berlaku,” ujar Direktur Utama Tower Bersama Herman Setya Budi di Jakarta, Rabu (27/5).

Herman menilai adanya masalah internal di pihak Telkom yang notabene perusahaan pelat merah. Namun, berdasarkan penjelasan petinggi pihak Telkom, Herman yakin proses masih terus berjalan dan kedua pihak akan menaati peraturan yang ada.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Direksi dan komisaris Telkom menyatakan sedang menelaah proses transaksi tersebut. Kami percaya Telkom memiliki komitmen dalam hal itu,” ungkapnya.

Sesuai perjanjian tukar guling yang diterbitkan pada November 2014, Telkom bakal melepas kepemilikan 100 persen saham di Mitratel kepada Tower Bersama. Sebagai gantinya, Telkom akan mendapat 13,7 persen saham Tower Bersama secara bertahap plus tunai Rp 1,74 triliun, apabila Mitratel dapat mencapai persyaratan tertentu.

Rencananya, transaksi tersebut akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap I, Telkom akan menukarkan 49 persen saham Mitratel dengan 290 juta saham baru Tower Bersama. Tahap II tranche pertama Telkom menukarkan 29,50 persen saham Mitratel dengan 6,15 persen saham Tower Bersama.

Penukaran ini terjadi apabila hak opsi dimiliki Telkom dieksekusi. Tahap II tranche kedua penukaran 229,55 juta saham baru Tower Bersama dengan 21,50 persen saham Mitratel milik Telkom.

Untuk melakukan penukaran itu, Tower Bersama akan melakukan penerbitan saham baru sebanyak 479,65 juta lembar saham atau 10 persen modal disetor. Selain itu, perusahaan milik Grup Saratoga itu juga akan mengalihkan 53,29 miliar saham treasury.

Sementara, prospektus yang dikeluarkan oleh Tower Bersama menyatakan harga pasar 100 persen saham Mitratel per 31 Desember 2014 senilai Rp 5,57 triliun. Jika dihitung sesuai perjanjian penukaran saham 100 persen Mitratel dengan total 762,5 juta saham Tower Bersama, maka harga rata-rata saham Tower Bersama senilai Rp 8.615 per saham.

Sialnya, rencana tersebut mendapat tentangan dari pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), hingga komisaris Telkom sendiri. Padahal, transaksi dengan Tower Bersama meningkatkan nilai perusahaan.

Namun, untuk diketahui, dalam kesepakatan sebelumnya, perjanjian pembelian Mitratel oleh Tower Bersama bakal berakhir Juni tahun ini. Tetapi dalam perjanjian tersbeut juga dijelaskan bahwa proses masih bisa diperpanjang lagi.

Rencana Ekspansi

Meski rencana ekspansi perseroan secara anorganik melalui akuisisi tersebut mengalami berbagai hambatan, Tower Bersama masih optimistis dapat mengepakkan sayapnya. Nyatanya, perseroan menargetkan pertumbuhan 10,5 persen untuk jumlah penyewaan (tenant) menara.

"Seperti kita tahu, bisnis tower sangat tergantung jumlah tenant. Targetnya, jumlah tenant akan bertambah 2.000 dari saat ini sekitar 19.000 tenant pada akhir tahun 2014," ujar Direktur Keuangan Tower Bersama Helmy Yusman Santoso.

Untuk diketahui, hingga kuartal I 2015, perseroan mencatat ada 18.836 penyewa (tenant) dan 11.873 situs telekomunikasi. Situs tersebut terdiri atas 10.868 menara telekomunikasi, 941 situs shelter dan 64 jaringan DAS. Adapun total penyewa menara mencapai 17.831, sehingga rasio penyewaan (tenancy ratio) mencapai 1,64 kali.

Perseroan juga mencanangkan belanja modal sekitar Rp 2 triliun untuk ekspansi menara. Adapun dananya berasal dari kas internal dan pinjaman. Perseroan juga tidak membagikan dividen dari laba tahun lalu, maka senilai Rp 1,29 triliun masuk ke dalam laba ditahan.

Pada kuartal pertama 2015, perseroan mencetak laba bersih Rp 319,80 miliar, atau turun 39,27 persen akibat membengkaknya beban lain-lain dan rugi selisih kurs. Beban bunga perseroan naik 39,33 persen mencapai Rp 318,61 miliar. Sementara rugi selisih kurs tercatat Rp 30,85 miliar, sebelumnya dari laba selisih kurs Rp266,234 miliar pada periode sama tahun lalu.

"Nilai laba tahun lalu Rp 1,3 triliun. Jika hasil kuartal pertama 2015 disetahunkan, maka kami bisa membukukan Rp1,4 triliun. Angka tersebut lebih besar dari kinerja tahun lalu, itu juga sudah tidak mengakui pendapatan BTEL (Bakrie Telecom) yang terkena PKPU," kata Helmy. (gir/gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER