Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan pertambangan Harita Group kembali berjanji akan membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (
smelter) nikel di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Melalui anak usahanya yakni PT Megah Surya Pertiwi (PTMSP), Harita akan
smelter dengan nilai investasi mencapai US$ 320 juta atau setara Rp 4,22 triliun.
Untuk merealisasikan proyek yang sempat molor dari 2013 tersebut, Harita akan menggandeng Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Tiongkok Xinxing Ductile Iron Pipes Co. Ltd, dan beberapa perusahaan asal Singapura yakni Xinxing Ductile Iron Pipes (Singapore) Pte. Ltd, Qiyun Investment Holdings Pte. Ltd, serta Corsa Investments Pte. Ltd.
"Kami berharap proyek pembangunan
smelter ini dapat didukung oleh seluruh pemangku kepentingan, termasuk dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta masyarakat setempat," ujar General Manager Nickel Smelter Project Harita Handrijono dikutip dari keterangan resmi yang diperoleh, Rabu (3/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Handrijono menambahkan, untuk menjamin kepastian suplai bahan baku mineral ke smelter (feedstock), PTMSP akan membuat Perjanjian Kerjasama jual-beli bahan mentah nikel dengan PT Trimegah Bangun Persada (PTTBP) dan PT Gane Permai Santosa (PTGPS).
Kedua perusahaan tersebut merupakan pemegang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi nikel yang terafiliasi di bawah bendera Harita Group dan telah beroperasi produksi di Pulau Obi.
Sementara untuk proyek pembangunan
smelter sendiri Handrijono bilang, perusahaan akan menggunakan teknologi Rotary Kiln Submerge Arc Furnace (RK-SAF) terdiri dari tiga line dengan daya listrik sebesar 120 megawatt (MW). Diproyeksikan, megaproyek perseroan ini akan menghasilkan 100 ribu ton Ferronickel per tahun.
"Untuk kebutuhan tenaga listrik, PTMSP akan membangun PLTU secara mandiri terdiri dari tiga unit pembangkit dengan kapasitas 3x40 MW sesuai kebutuhan smelter. Kami berharap pembangunan smelter ini juga dapat memberikan manfaat melalui penyerapan tenaga kerja, pendapatan asli daerah (PAD), pembayaran pajak dan non-pajak dan program pengembangan masyarakat," tambahnya.
Arif Perdanakusumah, Senior GM External Relations Harita Group menambahkan pembangunan smelter nikel perseroan akan dimulai pada sekitar pertengahan Juni 2015 dengan prosesi pelaksanaan peletakan batu pertama (groundbreaking). Sebelumnya, rencana pembangunan smelter sendiri sedianya sudah direncanakan sejak 2013 silam.