Pasca Rugi 5 Bulan, Peritel Berharap Berkah Puasa dan Lebaran

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Jumat, 12 Jun 2015 06:03 WIB
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) optimistis puasa dan lebaran dongkrak penjualan fashion tiga kali lipat dan produk makanan tumbuh 50 persen.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRI) Tutum Rahanta, Komisaris Independen Bank Permata Tony Prasetiantono, dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Johnny Darmawan berdiskusi membahas tentang Rupiah dan ketahanan politik nasional di Jakarta, Sabtu (28/3). (CNN Indonesia/Agust Supriadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah merugi dalam lima bulan pertama 2015, para pengusaha ritel mengharap berkah puasa dan lebaran sebagai penyelamat bisnisnya pada tahun ini. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) optimistis penjualan produk fashion akan meningkat 300 persen menjelang lebaran, sedangkan produk makanan bisa tumbuh 50 persen dari rata-rata penjualan bulanan.

"Dalam setahun itu ada bulan yang gemuk dan kurus. Kalau lagi bulan sepi kami merugi, minus 0,7-0,9 persen. Biasanya keuntungan dipetik saat puasa dan lebaran atau masa liburan anak sekolah," ujar Ketua Aprindo Tutum Rahanta kepada CNN Indonesia.

Tutum mengungkapkan menurunnya daya beli masyarakat belakangan ini membuat bisnis ritel anjlok 10-15 persen hingga Mei 2015. Pada bulan-bulan peralihan semester tahun ini, Juni-Juli, peluang untuk tumbuh secara bulanan sangat terbuka mengingat ada tiga momen tahunan yang biasanya mendongkrak konsumsi masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk penjualan produk fashion itu bisa meningkat dua sampai tiga kali lipat, 200-300 persen saat puasa dan lebaran. Sedangkan makanan karena sifatnya konsumsi yang sebenarnya stabil dan biasa dalam keseharian, paling meningkat 30-50 persen," jelasnya.

Aprindo mencatat saat ini jumlah anggotanya sebanyak 110 persuahaan ritel nasional dan multinasional, dengan jumlah outlet keseluruhan mencapai 270 ribu di seluruh Indonesia.  

Sebelumnya, Tutum mengungkapkan pertumbuhan usaha ritel anggota APrindo rata-rata hanya tumbuh 7 persen pada tahun lalu, jauh di bawah rata-rata pertumbuhan normal 15 persen per tahun. Secara keseluruhan, nilai bisnis ritel pada tahun lalu mencapai Rp 18 triliun.

Untuk tahun ini, lanjut Tutum, bisnis ritel dinilai masih akan dihantui kebijakan moneter yang ketat berikut pelemahan nilai tukar (depresiasi) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Meski begitu, APRI tetap optimistis industri ritel masih dapat tumbuh 10 persen pada 2015 meski daya beli masyrakat masih berpotensi melemah akibat kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. (ags/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER