Smelter Mempawah Antam Dilirik Perusahaan Rusia dan Tiongkok

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Kamis, 02 Jul 2015 11:05 WIB
Selain Rusal dan Dubai Alumunium, Antam merahasiakan identitas perusahaan Tiongkok yang berminat membantu pembangunan smelter Mempawah.
Ilustrasi smelter. (REUTERS/Ilya Naymushin)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Antam (Persero) Tbk bakal mengadakan tender untuk mencari investor pihak ketiga yang nantinya akan menggarap proyek smelter grade alumina senilai US$ 1,8 miliar di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

Direktur Pengembangan Antam Johan Nababan mengatakan untuk awalan, perusahaan bakal bekerjasama dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Setelah itu, Antam akan mencari pihak ketiga untuk ikut andil setelah melalui proses tender.

"Jadi dengan Inalum nanti kami berdua jadi mayoritas, kemudian mencari pihak ketiga. Sekarang masuk tahap pembahasan tender dan pemilihan pihak ketiga," ungkap Johan kepada CNN Indonesia di Jakarta, Rabu (1/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Johan mengungkapkan, manajemen Antam menargetkan bisa melakukan ground breaking pada kuartal II 2016. Sementara itu, terkait siapa saja pihak ketiga yang sudah tertarik untuk terlibat dalam proyek tersebut, Johan menyatakan ada perusahaan dari tiga negara.

"Ada dari Dubai Alumunium (Dubal), Rusia Alumunium (Rusal), dan dari Tiongkok," ungkap Johan.

Sampai saat ini, manajemen Antam menurutnya masih melihat plus minus dari tiap perusahaan yang mengajukan pinangan. Rusal, lanjut Johan, masih dilihat keseriusannya karena menurutnya utilisasi perusahaan tersebut dinilai belum maksimal.

"Kalau Rusal akan saya marahin, ngapain ke Antam? Mereka utilisasinya baru sekitar 50 persen tapi cari-cari kerjasama kalau ada yang membuat pabrik baru. Kalau saya feeling Tiongkok," kata Johan.

Terkait perusahaan dari Tiongkok, Johan menjelaskan, setelah Presiden Joko Widodo mengunjungi Pemerintah Negeri Tirai Bambu, terdapat komitmen antar pemerintah (government to government).

"Ada pinjaman sampai US$ 50 miliar dari China Development Bank (CDB) dan Industrial and Commercial Bank of China (ICBC). Tenornya lebih lama bisa 15 tahun, intrest rate LIBOR plus premium sedikit. LIBOR aja cuma 2,3 persen," jelasnya.

Pemerintah Tiongkok, lanjutnya, juga memberikan perhatian khusus atas upaya kerjasama tersebut. Johan menjelaskan, terdapat kesepakatan jika ada perusahaan Tiongkok yang ingin ikut kerjasama, pihaknya harus melakukan pengecekan ke National Development and Reform Commission (NDRC).

"NDRC itu sama seperti kalau bank ingin memberi pinjaman, mereka mengecek ke Bank Indonesia untuk melihat bagaimana plus minus perusahaannya. Nanti kalau jelek, NDRC tidak memberi rekomendasi," jelasnya

Tender Usai Lebaran

Meski mendapat sokongan dana tambahan, Johan menjelaskan tetap ada pendanaan pribadi (self financing). Ia menyatakan, jika misalnya pendanaan dibagi 70:30, maka minimal 30 persen dari pihaknya dan Inalum.

"Nanti Inalum bisa cash, dan kami raw material atau bauksit. Prosesnya baru mulai pembahasan, kemunginan sehabis Lebaran bisa dimulai tender," jelas Johan.

Untuk diketahui, smelter yang pembuatannya diperkirakan memakan dana hingga US$ 1,8 miliar tersebut diperkirakan mampu memproduksi 1,6 metrik ton alumunium per tahun. Namun, Johan berharap produksi bisa mencapai 2 juta metrik ton per tahun untuk memenuhi tingkat keekonomian. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER