Analis Pertanyakan Alasan DPR Tolak Tukar Guling Mitratel

CNN Indonesia
Jumat, 03 Jul 2015 21:14 WIB
Ekspektasi pasar terhadap share swap dinilai sudah tinggi karena akan berdampak positif terhadap kinerja kedua emiten.
Ilustrasi BTS. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta, CNN Indonesia -- Analis pasar modal mempertanyakan alasan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang menolak rencana share swap atau tukar guling saham PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).

“Dari awal kami mempertanyakan apakah pihak-pihak ini mengerti atau tidak dengan mekanisme share swap tersebut,” kata Reza Priyambada, Head of Research NH Korindo Securities di Jakarta, Jum’at (3/7).

Dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR dengan Direksi Telkom kemarin (2/7), Komisi VI menolak rencara pertukaran saham atau share swap Mitratel dengan Tower Bersama. Sementara beberapa hari sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menyatakan Dewan Komisaris Telkom secara lisan juga menyatakan kepadanya tentang pembatalan rencana share swap tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reza menilai alasan penolakan terhadap rencana tukar guling saham Mitratel dengan Tower Bersama tidak jelas.

“Apa alasan penolakannya? Kalau misalnya ada potensi kerugian atau korupsi. Semua transaksi ada potensi kerugian, tidak hanya terjadi pada aksi jual beli saham itu. Kalau semua transaksi dianggap berpotensi korupsi, tidak ada transaksi. Kalau tidak ada transaksi, perusahaan tidak bisa ekspansi,” ujarnya.

Ia menambahkan ekspektasi pasar terhadap share swap ini sudah tinggi karena akan berdampak positif terhadap kinerja kedua emiten.

“Dengan adanya ekspektasi tersebut, investor masuk melakukan aksi beli saham Telkom dan akan mengakumulasi saham dengan harapan akan ada peningkatan. Begitu transaksi dibatalkan, akhirnya dijual semua saham. Ketika pelaku pasar melakukan aksi menjual, yang terjadi adalah harga saham akan turun. Jadi pengaruhnya ke sentimen dan ekspektasi pasar,” kata Reza.

Ia menyayangkan anggapan orang bahwa share swap Mitratel menandakan dijualnya aset menara ke Tower Bersama yang ujungnya akan merugikan Telkom. Padahal menurutnya Telkom memiliki opsi untuk menambah kepemilikan di Tower Bersama.

“Kalau Telkom maintain sendiri menaranya, itu tidak efisien karena penyewa menara Mitratel cuma Telkom. Sementara di Tower Bersama, satu menara bisa dipakai oleh beberapa operator sehingga biaya operasionalnya bisa dibagi. Kalau misalnya Telkom menguasai menara, itu juga tidak efisien karena beban operasionalnya justru banyak ditanggung oleh Telkom,” tambahnya.

Dalam kesempatan Rapat Dengar Pendapat depan Komisi VI DPR, Direksi Telkom memaparkan beberapa keuntungan transaksi Mitratel yang akan didapat bagi masyarakat, pelanggan dan industri di Indonesia.

Misalnya aksi korporasi tersebut bertujuan untuk mendukung pencapaian kapitalisasi pasar Telkom, BUMN yang menjadi salah satu icon bursa saham Indonesia dan menjadikan Telkom tetap menarik bagi investor dan masyarakat.

Keuntungan kedua, dapat mendorong industri yang lebih sehat dan efisien dengan tower sharing.

Ketiga, dengan industri yang sehat, operator telekomunikasi akan lebih fokus pada bisnis intinya dan berkompetisi secara positif untuk meningkatkan layanan, sehingga akan memberikan keuntungan bagi pelanggan dan masyarakat.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER