Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom Econit Advisary Group, Hendri Saparini menilai Indonesia sudah tak bisa lagi bergantung pada perekonomian global di tengah anjloknya harga komoditas dan permintaan dunia. Di sisi lain ketidakstabilan ekonomi Uni Eropa akibat krisis utang Yunani menambah rentan ekonomi internasional.
“Sehingga kita berharap dari tentu saja ekonomi domestik. Kita berharap dari dua konsumsi yaitu, konsumsi pemerintah dan kedua konsumsi swasta,” ujarnya di Gedung Jakarta Convention Center, Jumat (3/7) malam.
Untuk itu, Komisaris Utama PT Telkom Indonesia Tbk (Persero) itu menekankan dua hal penting yang perlu dilakukan oleh pemerintah guna menyelamatkan perekomian di semester kedua. Pertama, pemerintah perlu menjalankan program-program padat karya (crash program) di berbagai sektor. Kedua, pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan yang mampu meningkatkan daya saing dan menekan biaya produksi pelaku usaha.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Crash program itu bisa dengan pembangunan infrastruktur, tetapi bukan infrastruktur yang membutuhkan teknologi tinggi tetapi infrastruktur yang bisa men-generate income mereka (masyarakat kelas menengah ke bawah). Misalnya, pembangunan sumber air, pembangunan irigasi ini kan mereka bisa terlibat langsung, “ tuturnya.
Menurut Hendri, adanya crash program akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah, yang telah tergerus oleh kenaikan harga. Program tersebut juga pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi swasta dan memperkuat pasar domestik.
Dari sisi konsumsi pemerintah, lanjut Hendru, lambatnya penyerapan anggaran tidak akan banyak membantu menggenjot perekonomian di semester II. Menurutnya, penyerapan anggaran baru akan banyak terjadi di kuartal IV kendati anggaran untuk proyek-proyek infrastruktur telah tersedia.
“Memang nomenklatur sudah selesai akan tetapi pengisian posisi di setiap Kementerian / Lembaga ini kan belum semua selesai. Kalau itu belum selesai berarti kan Kuasa Pengguna Anggaran-nya kan belum ada. Sekarang sudah Juli, nggak efektiflah sampai akhir juli. Akhir Juli kemudian akan tender. Tender paling tidak memerlukan dua bulan. Jadi tinggal sisa waktunya paling tiga bulan,” tutur Hendri.
Oleh karenanya, konsumsi swasta perlu didorong, baik dari pelaku usaha berupa investasi maupun konsumsi masyarakat secara umum. Apabila crash program menyasar konsumen menengah ke bawah, kebijakan yang memberikan insentif dan ruang bagi pelaku usaha untuk menekan biaya produksi merupakan upaya mendorong investasi dan konsumsi kelas menengah ke atas.
“Misalnya energi itu kan ada di pemerintah, ada gas, listrik, ada berbagai tarif nah (penurunan biaya) di situ akan langsung dirasakan oleh mereka (pelaku usaha) dan itu akan memberikan ruang bagi mereka untuk meningkatkan daya saing dan menurunkan cost,” katanya.
Ekonomi Tumbuh Maksimal 5 PersenLebih lanjut, pertumbuhan ekonomi tahun ini diprediksi Hendri hanya akan mencapai maksimal 5 persen, di bawah target yang diperkirakan pemerintah 5,2 persen. “Menurut kami dengan kondisi seperti sekarang, dengan belum ada terobosan, maksimal 5 persen ya.” Ujarnya.
Hendri menyarankan pemerintah tidak perlu terlalu berambisi mengejar tingginya angka pertumbuhan ekonomi. Hal yang perlu dilakukan pemerintah adalah menata perekonomian domestik yang mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
“Bahwa pertumbuhan ekonomi itu melambat nggak masalah tetapi yang penting kitabagaimana kita kemudian membuat pertumbuhan ekonomi tu yang meng-create job,” ujarnya.
(ags)