Anak SMP Bisa Main Saham, Pasar Modal China Jeblok

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Rabu, 08 Jul 2015 15:10 WIB
"Pelaku pasarnya memang tidak pintar. Jadi tidak melihat fundamental secara langsung," ujar Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo.
Ilustrasi bursa saham Shanghai di China. (ChinaFotoPress/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks saham Shanghai di China anjlok lebih dari 8 persen dalam waktu sepuluh menit perdagangan dibuka pada pagi ini, Rabu (8/7). Kejatuhan indeks tersebut dinilai terjadi karena perubahan aturan margin saham setelah tingginya tingkat spekulasi di pasar saham negeri Tirai Bambu tersebut.

Untuk diketahui, sebelumnya bursa Shanghai meningkat tajam hingga 59 persen sejak awal tahun ini hingga 12 Juni 2015 ke level 5.166. Namun kemudian runtuh hingga level 3.727 atau 27,85 persen dari posisi puncak, pada penutupan Selasa (7/7).

Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan ekonomi China sudah beberapa tahun terakhir sedang mengalami perlambatan pertumbuhan. Dengan kondisi ekonomi yang memburuk tersebut, Satrio menilai orang kemudian mencari aktivitas ekonomi yang bisa mendatangkan uang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sayangnya bukan berinvestasi, tapi sudah masuk ke tahap berspekulasi lagi karena transaksinya terlihat ngawur," ujarnya ketika dihubungi CNN Indonesia, Rabu (8/7).

Mengutip International Business Times, Satrio mengatakan bahwa sebagian besar spekulan adalah lulusan sekolah menengah atau SMP. Hal itu membuat transaksi saham cenderung tidak berkualitas.

"Pelaku pasarnya memang tidak pintar. Jadi tidak melihat fundamental secara langsung," jelasnya.

Aksi para spekulan tersebut, lanjutnya, kemudian membuat harga saham di bursa Shanghai melesat tinggi. Bayangkan, untuk 2015 ini saja, indeks Shanghai Composite sudah naik lebih dari 50 persen. Bahkan secara year on year, saat ini bursa Shanghai tumbuh 73 persen.

Ia menjelaskan, selain adanya spekulan tersebut, kekisruhan bursa Shanghai juga disebabkan oleh perubahan aturan margin yang drastis semenjak 2010 ketika pertama kali diperkenalkan.

"Pada awalnya hanya memperbolehkan investor yang sudah berpengalaman, dengan jaminan minimal sebesar sebesar 500.000 RMB atau senilai sedikit di atas Rp 1 miliar. Namun kemudian berubah menjadi bisa dilakukan oleh investor yang cukup awam dan bisa dilakukan dengan tanpa jaminan," ujar Satrio.

Imbas ke Tanah Air

Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan bursa Shanghai yang melemah memang tidak memiliki efek langsung ke tanah air. Namun, lanjutnya, karena China merupakan konsumen komoditas yang terbesar, maka nanti efeknya lebih ke penurunan konsumsi batubara dan minyak asal Indonesia.

"Efek langsung memang tidak ada. Tapi kalau sampai konsumsi China melambat, maka ekspor komoditas kita juga bakal terkena imbasnya," jelasnya.

Senada dengan Hans, Satrio mengatakan bahwa efek fundamental dari pelemahan bursa Shanghai lebih ke konsumsi komoditas. Apalagi, lanjutnya saham perusahaan komoditas Indonesia dinilai cukup besar di pasar modal.

"Kalau kekisruhan bisa merembet ke konsumsi komoditas, kita juga bisa kena imbas negatif itu," ujarnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER