Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menyatakan adanya fluktuasi pasar modal di China patut dikhawatirkan karena telah membuat pemerintah negeri Tirai Bambu tersebut turun tangan. Hal tersebut dinilai bakal mempengaruhi kinerja industri China dan berpotensi mengganggu transaksi dagang dengan Indonesia.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan dalam waktu satu tahun terakhir perkembangan pasar modal China sangat pesat. Oleh karena itu Agus menilai sangat wajar jika terjadi koreksi seperti yang dialami saat ini.
"Kemudian pemerintah China memberi respons dengan menyediakan likuiditas, itu bentuk kebijakan fiskal yang dilakukan. Tapi mereka juga mewajibkan para investor memegang sahamnya minimal enam bulan dan itu tidak
market friendly. Pasti akan mendapat respons lanjutan dari pelaku pasar," ujar Agus di Jakarta, Kamis (9/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus menilai koreksi yang terjadi di bursa China merefleksikan kondisi ekonomi negara tersebut karena investornya mayoritas berasal dari dalam negeri.
"Selain itu ada kekhawatiran, dunia usaha China akan terdampak dan mempengaruhi mitra kerja utama. Hal itu berdampak ke manufaktur karena berdampak ke aset rumah tangga, institusi dan korporasi. Kalau berdampak ke perdagangan maka Indonesia bisa terkena imbas," jelasnya.
Untuk diketahui, sebelumnya bursa Shanghai meningkat tajam hingga 59 persen sejak awal tahun ini hingga 12 Juni 2015 ke level 5.166. Namun kemudian runtuh hingga level 3.709 atau 28 persen dari posisi puncak, pada penutupan hari ini di 3.709.
Pemerintah China kini melakukan segala sesuatu untuk bisa menyelamatkan pasar. Bank Sentral China telah memangkas suku bunga ke rekor terendah, sedangkan broker telah berkomitmen untuk membeli miliaran nilai saham sesuai instruksi pemerintah. Sementara itu regulator pasar modal telah mengumumkan aturan suspensi IPO yang baru.
Menurut Bespoke Investment Group, pasar saham China kini kehilangan US$ 3,25 triliun. Jika dibandingkan, nilai tersebut lebih dari ukuran seluruh pasar saham Perancis dan sekitar 60 persen dari pasar Jepang.
(gen)