Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan belum akan menurunkan tingkat suku bunga acuan (BI
rate) kendati angka inflasi Juli relatif terkendali. Pasalnya, pelemahan nilai tukar rupiah membuat ruang gerak BI untuk menurunkan tingkat suku bunga menjadi terbatas.
“Untuk sinyal dari suku bunga memang kita akan terus memonitor, mengantisipasi berbagai perkembangan yang memang inflasinya akan turun. Tapi beberapa faktor khususnya dari tekanan-tekanan rupiah yang selama ini memang ruang untuk menurunkan suku bunga masih terbatas,” kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo saat ditemui di Kompleks Gedung BI, Jakarta, Senin (3/8).
Perry tidak memungkiri tingkat inflasi domestik memang menjadi pertimbangan dewan gubernur bank sentral dalam menentukan tingkat suku bunga. Tetapi BI juga perlu memperhatikan tingkat suku bunga negara lain. Seperti diketahui, Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/Fed) telah mengisyarakan akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami juga memperhatikan faktor lain (penentu BI
rate) yang dalam hal ini adalah bagaimana tingkat suku bunga luar negeri, antisipasi Fed
rate itu terhadap stabilisasi nilai tukar rupiah dan akhirnya terhadap inflasi,” ujar Perry.
Lebih lanjut Perry mengungkapkan yang selama ini BI lakukan untuk menyeimbangkan antara stabilitas dan pertumbuhan ekonomi adalah mengendorkan likuiditas dan mengeluarkan kebijakan makroprudensial.
Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menilai penurunan inflasi inti Juli 2015 secara tahun ke tahun (
year on year/yoy) menjadi 4,86 persen dari inflasi yoy Juni 2015 yang tercatat 5,04 persen membuka peluang bagi BI untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya (BI
rate).
“Kalau melihat inflasi inti yang turun dari tadinya di kepala 5 kemudian sekarang di kepala 4, lumayan drastis juga ya ke 4,86 persen. Saya kira itu peluang bagi Bank Indonesia, untuk menurunkan tingkat bunga,” tutur Sasmita.