Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana pembelian proyek Light Rail Transit (LRT) yang dikerjakan PT Adhi Karya Tbk oleh pemerintah dinilai bakal berimbas positif pada kinerja perseroan. Hal itu dinilai bakal menopang rencana perusahaan pelat merah untuk menerbitkan saham baru (right issue).
Aditya Sastrawinata, analis Mandiri Sekuritas menilai pemerintah berencana membeli proyek itu dari Adhi Karya setelah konstruksi selesai. Hal ini akan memiliki dampak yang sangat positif pada kinerja Adhi Karya, karena memungkinkan perseroan untuk mencatatkan kontrak di
orderbook dan memperoleh pendapatan konstruksi dari proyek tersebut.
“Kami sedang menunggu keputusan Presiden mengenai hal ini yang rencananya akan dikeluarkan sebelum hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus,” jelas Aditya dalam riset, Senin (3/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Direktur Utama Adhi Karya Kiswodarman mengungkapkan pihaknya menunggu Keputusan Presiden atas penunjukkan perseroan sebagai penggarap proyek tersebut yang saat ini tengah direvisi. Pasalnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta proyek tersebut dimulai pada 17 Agustus 2015 mendatang.
Manajeman menyatakan, skema pembiayaan proyek ini sepenuhnya ditanggung oleh Adhi Karya dan setelah rampung akan dibeli oleh pemerintah. Perseroan berharap pemerintah bersedia melakukan pembayaran separuh di awal dari nilai pembelian pada tahun depan.
Rights IssueLebih lanjut, Adhi Karya juga akan melakukan penawaran umum saham terbatas I (PUT I) atau
rights issue pada 2015. Perseroan menetapkan, harga pelaksanaan yang ditawarkan berada di antara Rp 1.510-Rp 2.400 per saham.
Berdasarkan prospektus, Adhi Karya akan menawarkan sebanyak-banyaknya 1,817 miliar saham baru atau sebanyak-banyaknya sebesar 50,2 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Atas perhitungan tersebut, dana yang bakal diterima perseroan dalam PUT I itu adalah sebanyak-banyaknya Rp 2,745 triliun. Nantinya, jumlah saham baru itu ditawarkan dengan cara penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).
“Sementara itu, proses
rights issue Adhi Karya telah ditentukan kisaran harga baru. Kami akan merevisi asumsi dengan asumsi mereka, yang akan menerima Rp2,7 triliun pada kuartal III 2015,” jelasnya.
Dari sisi kinerja terkini, Adhi Karya membukukan laba bersih yang belum diaudit selama paruh pertama tahun ini sebesar Rp 70,43 miliar atau naik 17,5 persen dari Rp 59,9 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan laba bersih perusahaan didukung oleh pendapatan lain-lain dan pendapatan bersih ventura bersama. Pasalnya, pendapatan usaha Adhi Karya hanya tumbuh 0,6 persen dari Rp 3,19 triliun menjadi Rp 3,21 triliun.
Secara rinci, pendapatan lain-lain perseroan tercatat sebesar Rp 11,4 miliar. Berbalik dari periode yang sama tahun sebelumnya, yang merupakan beban sebesar Rp 11,3 miliar. Sementara itu, pendapatan ventura bersama naik dari Rp 2,9 miliar menjadi Rp 4,8 miliar.
Aditya menjelaskan, laba bersih inti Adhi Karya sepanjang semester I 2015 sebesar Rp 30,7 miliar, membaik dari rugi bersih -Rp17,9 miliar enam bulan pertama 2014. Pencapaian tersebut setara 8-9 persen dari proyeksi dan perkiraan tahun penuh konsensus.
“Hasil ini
in-line dibandingkan dengan historis semester I mereka, yang umumnya setara 8,3 persen realisasi tahun penuh,” katanya.