
BPS Tegaskan Perlambatan Ekonomi Saat Ini Bukan Resesi
Elisa Valenta Sari, CNN Indonesia | Rabu, 05/08/2015 12:12 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyangkal jika perekonomian Indonesia dikatakan tengah menghadapi kemerosotan ekonomi atau yang biasa disebut resesi. Ia menilai perekonomian Indonesia masih stabil karena masih mengalami pertumbuhan ekonomi.
"Saya baca literatur dimana-mana, resesi itu terjadi kalau dua kuartal berturut turut sudah mengalami penurunan yang negatif. Seperti tahun 1998, itu penurunannya sampai 13,9 persen. Itu yang namanya resesi," ujar Suryamin dalam konferensi pers di Kantor BPS Pusat, Rabu (5/8).
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan selama kuartal II 2015, BPS mencatat perekonomian Indonesia hanya tumbuh 4,67 persen atau melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2015 yang mencapai 4,71 persen.
Namun, menurut Suryamin perlambatan ekonomi itu hanya baru terjadi selama satu kuartal. Menurut Suryamin, rendahnya pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak bisa dijadikan indikator negara tersebut sudah memasuki masa resesi.
"Kita masih tumbuh 4,67 persen, sementara Jepang hanya 1 persen, apa Jepang mengalami resesi? Kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, ya kita masih lebih," ujarnya.
BPS mencatat ekonomi Indonesia triwulan II 2015 terhadap triwulan sebelumnya tumbuh 3,78 persen secara triwulanan. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 10,09 persen, sedangkan dari sisi Pengeluaran pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 32,17 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I 2015 tumbuh 4,70 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha kecuali Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 3,58 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran didorong oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 4,99 persen.
Lebih lanjut, struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan II 2015 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,35 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,31 persen, dan Pulau Kalimantan 8,22 persen. (gir/gir)
"Saya baca literatur dimana-mana, resesi itu terjadi kalau dua kuartal berturut turut sudah mengalami penurunan yang negatif. Seperti tahun 1998, itu penurunannya sampai 13,9 persen. Itu yang namanya resesi," ujar Suryamin dalam konferensi pers di Kantor BPS Pusat, Rabu (5/8).
Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan selama kuartal II 2015, BPS mencatat perekonomian Indonesia hanya tumbuh 4,67 persen atau melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2015 yang mencapai 4,71 persen.
Namun, menurut Suryamin perlambatan ekonomi itu hanya baru terjadi selama satu kuartal. Menurut Suryamin, rendahnya pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak bisa dijadikan indikator negara tersebut sudah memasuki masa resesi.
"Kita masih tumbuh 4,67 persen, sementara Jepang hanya 1 persen, apa Jepang mengalami resesi? Kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, ya kita masih lebih," ujarnya.
BPS mencatat ekonomi Indonesia triwulan II 2015 terhadap triwulan sebelumnya tumbuh 3,78 persen secara triwulanan. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 10,09 persen, sedangkan dari sisi Pengeluaran pada Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 32,17 persen.
Lebih lanjut, struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan II 2015 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Kelompok provinsi di Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Bruto, yakni sebesar 58,35 persen, diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 22,31 persen, dan Pulau Kalimantan 8,22 persen. (gir/gir)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
LIHAT SEMUA
EKOPEDIA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
TERPOPULER

Ahok Buka Suara Soal Kontrak 'Janggal' Pertamina
Ekonomi • 2 jam yang lalu
Kronologi Grab Toko Tipu 980 Orang dan Rugikan Rp17 M
Ekonomi 3 jam yang lalu
Jokowi Ungkap Target Dana Kelolaan INA Dua Bulan Rp281,1 T
Ekonomi 1 jam yang lalu