Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) memperkirakan permintaan ban di semester II belum akan menunjukkan peningkatan. Pasalnya, kondisi industri otomotif dan komoditas masih lesu yang diperparah dengan belum terangkatnya daya beli masyarakat.
“Semester II makin
worse kondisinya karena harapan pertumbuhan ekonomi belum kunjung membaik di dalam dan luar negeri,
uncertainty juga meningkat,” tutur Ketua APBI Aziz Pane saat dihubungi CNN Indonesia, Jumat (28/8).
Aziz mengungkapkan penurunan permintaan ban di dalam negeri sudah mulai terasa sejak 2013 yang tercatat 10 juta unit. Kemudian pada 2014 permintaannya turun menjadi sekitar 9 jutaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Tahun ini perkiraan permintaan ban itu sekitar 8 juta–8,5 juta unit. Kondisi puncaknya itu pada 2011 yang permintaannya hampir 11,4 juta unit,” tutur Aziz.
Sementara itu, dampak pelemahan nilai tukar rupiah dirasa tidak akan berpengaruh terhadap permintaan ban di pasar luar negeri yang disebutnya juga mengalami penurunan.
Aziz mencatat, pada 2011 hingga 2014 ekspor ban bisa mencapai 35 juta–45 juta unit. Namun tahun ini diperkirakan hanya bisa di angka 30 juta unit. Sementara di sisi lain, sebagian besar bahan baku produksi ban di dalam negeri masih harus diimpor.
“Dampak pelemahan nilai tukar tidak begitu besar ke industri. Meskipun kami ada ekspor tapi bahan baku kami sebagian besar juga impor. Pelemahan nilai tukar hanya menguntungkan untuk industri yang komponen impornya sedikit,” ujarnya.
Aziz memperkirakan industri ban akan mulai bangkit pada kuartal terakhir 2016 seiring dengan perbaikan ekonomi dan kinerja industri otomotif.
(gen)