Terkena Pukulan Ganda, Prinsipal Otomotif Naikan Harga Jual

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Jumat, 04 Sep 2015 06:08 WIB
Penjualan dan produksi otomotif Indonesia anjlok signifikan hingga Juni 2015, yang merupakan kinerja paling buruk di pasar otomotif Asean.
Indonesia International Motor Show (IIMS) 2014 di Jakarta International Expo Kemayoran, Kamis, 18 September 2014. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Prinsipal otomotif nasional menaikkan harga jual mobil pada kisaran yang bervariasi akibat pukulan ganda perlambatan ekonomi yang menekan dari sisi penjualan dan produksi.

"Macam-macam kenaikannya, menyesuaikan dengan stok. Ada prinsipal yang menaikkan harga 10 persen," ujar Jongkie D. Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) kepada CNN Indonesia, Kamis (3/9).

Jongkie memetakan sejumlah masalah ekonomi yang menganggu kelangsungan industri otomotif nasional. Faktor utama adalah perlambatan ekonomi dan penurunan daya beli masyarakat yang saling memengaruhi satu sama lain.  

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena mobil bukan prioritas utama, urusan perut yang utama. Jadi ya pasrah saja, ATPM (agen tunggal pemegang merek) bisa apa," tuturnya.

Masalah berikutnya, lanjut Jongkie, kejatuhan nilai tukar rupiah yang mendongkrak biaya produksi mobil, yang sebagian besar masih mengandalkan komponen impor. Meskipun sebagian prinsipal menggunakan komponen produksi dalam negeri, tetapi pada praktiknya sebagian besar bahan baku komponen tersebut masih harus diimpor.

"Mau tidak mau pabrik komponen lokal juga menaikkan harga karena bahan baku mereka dari impor. Tidak mungkin juga kita jual rugi karena cost-nya tinggi," jelas Jongkir.

Di sisi lain, lanjut Jongkie, pasar ekspor yang seharusnya menjadi alternatif penjualan justru tidak bisa diharapkan karena ekonomi dunia juga sedang melambat. Alhasil, ekspor otomotif anjlok karena pabrikan ikut terkena imbas dari gejolak global.

Perlambatan ekonomi global tersebut juga berdampak pada anjloknya harga-harga komoditas, kata Jongkie. Fenomena ini membuat bisnis di sektor hulu, yang biasanya banyak membutuhkan kendaraan angkut, ikut terkena dampaknya.

Asean Automotive Federation (AAF) mencatat  Indonesia masih menjadi pasar terbesar otomotif kawasan Asean, yakni mencapai 525.458 unit atau menguasai 35,45 persen pangsa pasar. Namun, penguasaan pasar Indonesia turun dari sebelumnya 40 persen selama Januari-Juni 2014, di mana pada periode itu angka penjualan mobil nasional mencapai 642.110 unit. Secara persentase, volume penjualan mobil di Tanah Air anjlok 18,2 persen pada semester I 2015.

Sementara dari sisi produksi, selama periode Januari-Juni 2015, mobil yang keluar dari pabrik-pabrik otomotif Indonesia hanya sebanyak 577.507 unit. Angka tersebut anjlok 14,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2014, yang merupakan penurunan produksi terparah di Asean.

(ags/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER