Ekonomi Melemah, Penjualan Minyak Pelumas Tergelincir

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 10 Sep 2015 08:00 WIB
Pelemahan perekonomian membuat produsen minyak pelumas merasakan penurunan penjualan sampai empat persen. Strategi baru bakal dieksekusi.
Suasana pabrik Federal Oil di Pulo Gadung, Jakarta Timur. (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pelemahan ekonomi membuat penjualan minyak pelumas juga tergelincir. PT Federal Karyatama merasakan dampak itu. Penurunan volume penjualan oli buatan perusahaan itu, diramalkan mencapai empat persen hingga akhir 2015. Jika pada tahun lalu perusahaan bisa menjual 60 juta liter minyak pelumas, maka hingga akhir tahun perusahaan diperkirakan hanya bisa menjual 57 juta liter.

Presiden Direktur Federal Karyatama Patrick Adhiatmadja mengatakan bahwa tanda-tanda penurunan produksi sudah terjadi pada semester I lalu. Penurunan volume penjualan mencapai 13 persen. Hal tersebut, juga berdampak pada turunnya pendapatan usaha perusahaan pada semester I 2015, yang turun sebesar 6,59 persen dari Rp 813,67 miliar ke angka Rp 757,07 miliar.

"Di antara seluruh variabel bisnis, hanya volume penjualan saja yang tak bisa kita atur. Alasannya mungkin karena pelemahan ekonomi, padahal volume itu penting, karena jika volume naik, maka variabel lain seperti pendapatan hingga laba juga ikutan meningkat," kata Patrick ketika ditemui di kantornya, di Jakarta, Rabu (8/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Federal Karyatama kini melakukan efisiensi dari segi beban usaha agar laba tak semakin tergerus. Salah satu upayanya adalah dengan melakukan forward purchasing untuk pembelian bahan baku base oil yang masih impor. Sehingga pembeliannya tak terpengaruh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Dengan forward purchasing, maka harganya fix sepanjang tahun. Itu adalah upaya kami untuk mencegah pengaruh depresiasi nilai tukar, dan juga upaya efisiensi juga. Apalagi kini harga base oil sedang murah, jadi kami yakin masih bisa bukukan laba pada tahun ini," katanya.

Itu terlihat dari performa laba perusahaan pada semester I 2015, yang membaik kendati pendapatan usaha cenderung menurun. Laporan keuangan perusahaan pada periode tersebut mencatat kenaikan laba sebesar 7,78 persen menjadi Rp 140,26 miliar dari angka Rp 130,12 miliar pada semester I 2014.

"Bagi kami sendiri, apa yang terjadi di semester pertama kemarin kami biarkan berlalu. Yang kami pikirkan adalah bagaimana caranya mengejar ketertinggalan di semester kedua ini. Selain itu, kami berharap juga tetap bisa mempertahankan market share sebesar 22 persen hingga akhir tahun ke depan," ujar dia.

Pendapatan usaha perusahaan pada tahun lalu mencapai Rp 1,59 triliun atau naik 10,4 persen dari Rp 1,44 triliun pada tahun sebelumnya. Sedangkan laba sendiri mengalami kenaikan dari Rp 220,64 miliar pada tahun 2013 ke angka Rp 250,69 miliar pada tahun berikutnya. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER