YLKI: Akibat Harga Melambung, Kualitas Pangan Rakyat Menurun

Eky Wahyudi | CNN Indonesia
Minggu, 13 Sep 2015 16:48 WIB
Penurunan kualitas konsumsi masyarakat dalam jangka panjang, bisa membuat gizi rakyat Indonesia berkurang.
YLKI menilai pemerintah tidak bisa memberantas praktik kartel tanpa memiliki aturan yang kuat diimplementasikan di sektor hilir. Akibatnya harga pangan terus naik. (ANTARA FOTO/Ampelsa).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga pangan yang melambung tinggi dinilai berpengaruh negatif terhadap kualitas konsumsi masyarakat. Banyak yang pada akhirnya memilih mengurangi kualitas dan porsi konsumsinya sampai beralih ke jenis komoditas pangan lainnya.

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan kualitas pangan yang dikonsumsi di rumah tangga mengalami penurunan dari segi kualitas dan rentan terhadap penurunan kualitas gizi masyarakat.

"Ini terjadi dalam konteks rumah tangga terkait dengan gizi dan kesehatan anak kita yang tadinya bisa makan daging sekarang tidak bisa, saya menilai ini karena rupiah terpuruk sehingga kita juga banyak impor dan kualitas pangan masyarakat akhirnya menurun," ujar Tulus di Jakarta, Minggu (13/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyampaikan selain dampak dari kondisi rupiah yang sedang terpuruk, secara struktural, penetapan harga komoditas di pasar bisa dikatakan tidak sehat.

"Selain rupiah terpuruk, secara struktur pasar tidak sehat akibat adanya dugaan kartel. Hal tersebut pernah dibuktikan oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),” kata Tulus.

Dari hasil kajian yang dilakukan YLKI, Tulus menjelaskan masalah yang harus diberesi pemerintah bukan hanya mengejar siapa yang menimbun barang. Namun dibutuhkan regulasi super ketat untuk menghindari sindikat kartel kembali beraksi di sektor hulu komoditas.

"Sejak 2013 investigasi untuk kartel, kalau tidak selesai, maka gonjang-ganjing harga tetap akan dipengaruhi oleh pasar," ujarnya.

Menurut Tulus akibat harga yang melonjak, masyarakat mulai beralih mengonsumsi daging ayam hingga telur untuk menggantikan daging sapi.

"Tadinya makan daging jadi tidak makan, diganti daging ayam atau telur. Harga tempe ini juga naik, nah kalau penjual nasi uduk, dia ini ada yang tidak menaikkan harga, tapi menurunkan porsinya," kata Tulus. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER