Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan bergerak di zona hijau meski dibayang-bayangi pelemahan bursa saham regional dan ketidakpastian kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve).
Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi memperkirakan, IHSG akan bergerak di kisaran 4350-4455 dengan kecenderungan menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (15/9).
"Saham-saham yang masih dapat diperhatikan diantaranya ACES, GIAA, SMRA, GGRM," ujar Lanjar melalui riset harian Reliance Securities, Senin (14/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam risetnya, Lanjar mempertimbangkan bursa saham nasional yang menguat pada Senin (14/9) di tengah pelemahan sejumlah bursa regional. IHSG tercatat menguat 29,09 poin atau 0,69 persen ke level 4390,37, menyusul aksi beli yang dilakukan investor asing sebesar Rp 101,23 miliar.
"Optimisme investor terhadap neraca perdagangan memberikan dampak positif menjelang pertemuan FOMC mengenai pembahasan kebijakan moneter," jelas Lanjar.
Sementara itu, bursa saham di Asia ditutup bervariasi dengan pelemahan terbesar dialami oleh indeks saham di Shanghai menyusul kekhawatiran pelaku pasar terhadap perlambatan ekonomi China. Demikian pula dengan indeks saham Jepang, yang ikut turun setelah data indeks industrinya turun di bawah ekspetasi.
Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) menilai laju IHSG akan kembali memanfaatkan momentum untuk melanjutkan penguatan setelah dalam dua hari terakhir bergerak di zona hijau.
"Akan tetapi, laju kenaikan ini dapat berbalik melemah jika sentimen yang ada kurang mendapat respon yang baik," tuturnya dalam riset harian NHKSI.
Reza juga menyoroti pergerakan dolar AS di pasar valas global yang terbantu oleh pelemahan harga minyak dunia. Hal itu berimbas negatif terhadap nilai tukar rupiah yang kembali melemah.
"Dengan pergerakan Rupiah yang kembali melemah maka akan memunculkan spekulasi akan berlanjutnya pelemahan nilai tukar Rupiah. Belum adanya kejelasan akan hasil rapat The Fed memberikan imbas volatilitas yang cukup tinggi," tuturnya.
(ags)