Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo tak bisa menutupi kekecewaannya menyusul keputusan bank Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang akhirnya masih menahan suku bunga acuan (The Fed
Fund Rate) pasca digelarnya rapat
Federal Open Market Committe (FOMC), Jumat dini hari tadi, (17/9).
Dengan menahan suku bunga di kisaran 0 persen hingga 0,25 persen, menurut Agus malah berpotensi menciptakan suasana pasar modal yang tak kondusif bagi iklim investasi Indonesia.
"Yang selama ini dikira penundaan kenaikan suku bunga Fed
Rate akan bermanfaat pada ekonomi negara berkembang, tapi justru kita melihat tekanan di Indonesia karena terdapat pengurangan dana asing yang masuk ke Indonesia," kata pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Keungan di era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ini di kantornya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berangkat dari hal itu, Agus bilang dirinya malah berharap The Fed segera menaikkan suku bunga acuannya sehingga didapatkan kepastian yang menciptakan suasana pasar modal Indonesia yang kondusif.
Dengan suasana pasar modal yang kondusif, ia meyakini tekanan terhadap Rupiah pun akan berangsur berkurang.
"Tapi kalau kita tidak hati-hati dalam menjaga indikator moneter, maka bisa-bisa nilai tukar tertekan lebih jauh lagi. Yang ingin saya sampaikan adalah,
stance BI dalam menjaga
policy rate itu tetap sama yakni karena kondisi dunia penuh ketidakpastian, bukan sepenuhnya dipengaruhi oleh Fed
Rate," kata Agus.
Buka Acuan BI RateSeiring dengan pengumuman The Fed, Agus menambahkan jajaran BI tak akan mengambil kebijakan strategis menyoal besaran suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Ia pun kembali menegaskan keputusan untuk menggerakkan suku bunga acuan BI
Rate tidak sepenuhnya tergantung dari pergerakan The Fed
Fund Rate.
Ini mengingat faktor utama penentuan kebijakan moneter BI berangkat dari kondisi ekonomi global serta kemampuan otoritas moneter untuk mengarahkan inflasi sesuai
inflation targeting framework (ITF).
"Keputusan kita untuk menentukan BI
Rate tidak dipengaruhi oleh Fed
Rate, termasuk saat Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin di saat kita tahan BI
Rate, karena itu kita lakukan kajian menggunakan data yang menunjukkan adanya pelemahan ekonomi secara global. Penentuan
stance moneter kami akan selalu seperti itu," tegas Agus.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) per akhir pekan lalu, besaran aksi jual asing (
net sell) investor asing sebesar telah tercatat mencapai Rp 8,85 triliun yang dibarengi dengan depresiasi Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 15,3 persen sejak Januari. Padahal, sepanjang tahun lalu terdapat
net buy sebesar Rp 42,6 triliun.
Sedangkan dari catatan CNN Indonesia, BI masih tetap mempertahankan BI Rate sejak bulan Februari, di mana pada saat itu BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari 7,75 persen ke 7,5 persen. Selain itu, BI juga menurunkan suku bunga deposito
facility juga sebesar 25 basis poin dari angka 5,75 persen ke angka 5,5 persen.
Keputusan BI tersebut diambil setelah adanya deflasi sebesar 0,24 persen pada bulan Januari 2015. BI belum mengubah keputusan tersebut kendati inflasi secara year-to-date sudah mencapai 2,29 persen hingga Agustus kemarin
(dim/dim)