Gubernur BI: Putusan The Fed Kian Tebar Ketidakpastian

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 18 Sep 2015 16:39 WIB
Meski begitu, Bank Indonesia memastikan akan tetap berhati-hati dalam menjaga indikator moneter guna mengurangi tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan kata sambutan pada peresmian Forum Sistem Pembayaran Indonesia (FSPI), Jakarta, Kamis, 27 Agustus 2015. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo tak bisa menutupi kekecewaannya menyusul keputusan bank Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang akhirnya masih menahan suku bunga acuan (The Fed Fund Rate) pasca digelarnya rapat Federal Open Market Committe (FOMC), Jumat dini hari tadi, (17/9).

Dengan menahan suku bunga di kisaran 0 persen hingga 0,25 persen, menurut Agus malah berpotensi menciptakan suasana pasar modal yang tak kondusif bagi iklim investasi Indonesia.

"Yang selama ini dikira penundaan kenaikan suku bunga Fed Rate akan bermanfaat pada ekonomi negara berkembang, tapi justru kita melihat tekanan di Indonesia karena terdapat pengurangan dana asing yang masuk ke Indonesia," kata pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Keungan di era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ini di kantornya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berangkat dari hal itu, Agus bilang dirinya malah berharap The Fed segera menaikkan suku bunga acuannya sehingga didapatkan kepastian yang menciptakan suasana pasar modal Indonesia yang kondusif.

Dengan suasana pasar modal yang kondusif, ia meyakini tekanan terhadap Rupiah pun akan berangsur berkurang.

"Tapi kalau kita tidak hati-hati dalam menjaga indikator moneter, maka bisa-bisa nilai tukar tertekan lebih jauh lagi. Yang ingin saya sampaikan adalah, stance BI dalam menjaga policy rate itu tetap sama yakni karena kondisi dunia penuh ketidakpastian, bukan sepenuhnya dipengaruhi oleh Fed Rate," kata Agus.

Buka Acuan BI Rate

Seiring dengan pengumuman The Fed, Agus menambahkan jajaran BI tak akan mengambil kebijakan strategis menyoal besaran suku bunga acuan dalam waktu dekat.

Ia pun kembali menegaskan keputusan untuk menggerakkan suku bunga acuan BI Rate tidak sepenuhnya tergantung dari pergerakan The Fed Fund Rate.

Ini mengingat faktor utama penentuan kebijakan moneter BI berangkat dari kondisi ekonomi global serta kemampuan otoritas moneter untuk mengarahkan inflasi sesuai inflation targeting framework (ITF).

"Keputusan kita untuk menentukan BI Rate tidak dipengaruhi oleh Fed Rate, termasuk saat Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin di saat kita tahan BI Rate, karena itu kita lakukan kajian menggunakan data yang menunjukkan adanya pelemahan ekonomi secara global. Penentuan stance moneter kami akan selalu seperti itu," tegas Agus.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) per akhir pekan lalu, besaran aksi jual asing (net sell) investor asing sebesar telah tercatat mencapai Rp 8,85 triliun yang dibarengi dengan depresiasi Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 15,3 persen sejak Januari. Padahal, sepanjang tahun lalu terdapat net buy sebesar Rp 42,6 triliun.

Sedangkan dari catatan CNN Indonesia, BI masih tetap mempertahankan BI Rate sejak bulan Februari, di mana pada saat itu BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dari 7,75 persen ke 7,5 persen. Selain itu, BI juga menurunkan suku bunga deposito facility juga sebesar 25 basis poin dari angka 5,75 persen ke angka 5,5 persen.

Keputusan BI tersebut diambil setelah adanya deflasi sebesar 0,24 persen pada bulan Januari 2015. BI belum mengubah keputusan tersebut kendati inflasi secara year-to-date sudah mencapai 2,29 persen hingga Agustus kemarin (dim/dim)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER