Jakarta, CNN Indonesia -- Survei minggu ketiga Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi bulanan September 2015 (
month to month) akan berada di kisaran 0,06 persen atau lebih rendah dibandingkan September 2014 yang tercatat 0,24 persen. Secara tahunan (
year on year), BI memperkirakan inflasi September ada di level 6,95 persen.
“Kami sampaikan hasil survei BI di minggu ketiga itu 0,06 inflasi di bulan September tapi tentu finalnya di akhir bulan,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo di sela rapat dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Gedung DPR, Jakarta, Senin (21/9) malam.
Dengan demikian menurut Agus, laju inflasi September masih sesuai dengan target inflasi tahunan BI yang ada di kisaran 4 +1 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus memaparkan komponen bergejolak (
volatile food) dan harga yang diatur Pemerintah (
administered price) menurun di September 2015 tetapi harga beras masih terus diperhatikan.
“Secara umum, memang tekanan di
volatile food dan
administered prices itu menurun, namun tetap kita masih memperhatikan harga beras yah sepertinya yang perlu diwaspadai,” kata Agus.
Selain itu, Agus tidak menampik depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga mempengaruhi inflasi inti.
“Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar ada pengaruh (terhadap inflasi inti), tapi tidak terlalu besar. Jadi (inflasi inti) masih di kisaran 5 persen (
year on year),” kata Agus.
Lebih lanjut, Agus menilai ekonomi domestik saat ini terus melaju. Hal itu terlihat dari adanya peningkatan permintaan impor barang modal dan bahan baku di bulan September.
“Secara umum yang kita cukup lihat kuat adalah
demand dari barang modal yang diimpor yang cukup meningkat, bahan baku yang diimpor cukup meningkat. Itu menunjukkan gerak dari ekonomi, kata Agus.
(gen)