Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan pembiayaan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk menyatakan masih mengkaji sejumlah opsi guna mematuhi kebijakan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai batas minimum saham publik beredar (
free float) sebesar 7,5 persen.
Hal itu merujuk peraturan direksi BEI Nomor Kep-00001/BEI/01-2014 perihal perubahan peraturan Nomor I-A tentang pencatatan saham dan efek bersifat ekuitas selain saham yang diterbitkan oleh perusahaan tercatat. Peraturan tersebut wajib dipenuhi dalam jangka waktu 24 bulan sejak ditetapkan pada 30 Januari 2014.
BEI menentukan, free float minimal 50 juta saham dan minimal 7,5 persen dari jumlah saham dalam modal disetor. Sementara jumlah pemegang saham minimal 300 pemegang saham yang memiliki rekening Efek di Anggota Bursa Efek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama Adira Willy Suwandi Dharma menyatakan manajemen masih mengkaji beberapa opsi untuk memenuhi aturan yang memiliki tenggat waktu hingga Januari 2016 tersebut.
“Kami sedang coba melihat, sedang berhitung-hitung caranya seperti apa yang harus dilakukan. Kan minimum 7,5 persen, opsinya antara lain bisa
right issue atau
divestasi. Tapi belum bisa diungkapkan,” ujar Willy usai penghargaan Annual Report Award 2014 di Jakarta, belum lama ini.
Sementara itu, Direktur Keuangan Adira I Dewa Made Susila mengatakan opsi right issue yang juga bisa memberikan dana tambahan kepada perseroan diserahkan kepada pemegang saham. Ia mengaku manajemen hanya mengupayakan untuk mencarikan kebutuhan pendanaan.
“Apakah nantinya right issue atau opsi lain kami serahkan sepenuhnya ke pemegang saham, karena kan hanya tinggal 2,5 persen lagi yang belum terpenuhi. Kalau dari sisi jumlah pemegang saham kami sudah melebihi 300 pihak,” jelasnya saat dihubungi.
Lebih lanjut, ia menyatakan terdapat beberapa opsi yang bisa dilakukan dan saat ini sedang dikaji. Namun, sekali lagi ia menegaskan opsi tersebut tetap menunggu keputusan pemegang saham.
“Opsinya pemegang saham yang akan putuskan entah itu
right issue atau pun
placement,
divestasi sebagian,” jelasnya.
Untuk diketahui, hingga Juli 2015, jumlah pemegang saham mayoritas perseroan adalah PT Bank Danamon Indonesia Tbk yang menggenggam 95 persen kepemilikan. Sementara publik hanya memiliki 5 persen saham.
Pembiayaan MultigunaDari sisi ekspansi, perseroan saat ini tengah mempersiapkan strategi baru untuk menghadapi perlambatan laju ekonomi yang berimbas kepada menurunnya pembiayaan. Willy menyatakan pihaknya bersiap masuk ke bisnis pembiayaan multiguna, setelah pembiayaan kendaraan yang selama ini jadi tulang punggung perusahaan menjadi loyo.
“Kami akan masuk ke bisnis durable dan multiguna. Multiguna itu misalnya pembiayaan pendidikan, traveling, dan umrah. Masuk ke multiguna kami rencanakan tahun ini atau tahun depan. Rencana awalnya untuk menyeimbangkan bisnis. Target awal bisa membiayai Rp 500 miliar sampai Rp 1 triliun,” ungkapnya.
Seperti diketahui, Adira saat ini tengah melakukan revisi target pembiayaan untuk 2015. Hal itu dilakukan setelah daya beli masyarakat terus melemah, dan berimbas ke jebloknya permintaan pembiayaan.
“Saat ini kondisi pembiayaan kita ingin mencapai sampai Rp 30 triliun. Turun dari target awal Rp 34 triliun, jadi ada revisi. Faktor utama daya beli masyarakat,” jelasnya.
(gen)