Jakarta, CNN Indonesia -- Institut Teknologi Bandung (ITB) berencana mengembangkan kampus berkonsep
techno-park di daerah Walini, perbatasan Bandung Barat dan Purwakarta, Jawa Barat. Akses terhadap rencana kampus baru ITB itu akan terbuka dengan cepat seiring rencana Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membangun kereta api cepat Jakarta-Bandung yang menjadikan Walini salah satu stasiun penghubungnya.
Rektor ITB Kadarsyah Suryadi mengatakan rencana pembangunan kereta cepat akan membantu dari sisi akses dan koneksi menuju kampus baru tersebut. Ia mengatakan jalur perjalanan darat yang biasa ditempuh selama tiga jam, bisa dipangkas menjadi 36 menit saja. Selain itu, pengembangan kampus baru ITB di Walini akan mendorong pertumbuhan pemukiman dan pusat ekonomi baru. Hal ini sudah terbukti dengan pertumbuhan kawasan Jatinangor setelah ada Kampus Universitas Padjadjaran (Unpad) dan ITB.
“ITB sudah menyatakan akan mendukung dengan rencana ini khusus dalam pengembangan Walini. Dan kehadiran kereta cepat Jakarta-Bandung pasti akan mempercepat pertumbuhan ekonomi di sana. Selain cepat, nilai tambah lainnya adalah bisa menjadi solusi atas permasalahan kemacetan, juga lebih ramah lingkunan dan membantu pemerintah menekan konsumsi BBM,” kata Kadarsyah, dikutip Selasa (13/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana pengembangan kota baru Walini sudah didiskusikan sejak beberapa tahun lalu antara PT Perkebunan Nasional (PTPN) VIII, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, dan ITB. Di area perkebunan yang sudah tidak produktif di Walini akan dibangun berbagai proyek salah satunya adalah Kampus ITB dengan konsep
tecno-park yang ramah lingkungan.
“Konsep ini sangat membantu meningkatkan inovasi dan peningkatan kualitas SDM. Di sini perguruan tinggi tidak lagi sebagai tempat pendidikan tetapi juga penelitian dan inovasi,” katanya.
Harun al-Rasyid Lubis, Chairman Infrastructure Partnership Knowledge Center (IPKC) menambahkan kehadiran kereta cepat di Indonesia bukan suatu yang baru. Kehadiran kereta cepat ini secara umum akan memberi manfaat dari sisi ekonomi dan lingkungan.
“Kami bersyukur pemerintah sekrang sudah mulai mengembangkannya. Ini merupakan sebuah
grand design yang bisa membawa manfaat bagi perekonomian Indonesia. Sekarang tinggal bagaimana kita mengimplementasikannya,” kata Harun.
Manfaat ekonomi terbesar, kata Harun, berupa surplus bagi pengguna terutama dalam bentuk penghematan waktu. Selain itu, semakin longgar dan lancarnya lalu lintas di moda lain, akan memberikan manfaat ekonomi lain yakni penghematan biaya pemeliharaan prasarana jalan maupun rel.
“Manfaat ekonomi lainnya adalah berupa surplus produsen, sebagai wujud
value creation dengan meningkatnya nilai lahan dan properti yang tentunya dinikmati oleh para pemilik tanah dan properti sepanjang koridor kereta api cepat, terutama lahan yang dekat dengan stasiun,” ujar dosen ITB ini.
Menurut Harun pembangunan kereta api cepat juga mendorong terciptanya lapangan kerja dan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi wilayah. Semua itu hanya bisa terjadi bila struktur proyek kereta api cepat dirancang dan dikelola dengan sebaik-baiknya agar dihasilkan harga yang terbaik (
best price) bagi masyarakat.
(gen)