Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Indonesia gagal mencapai target transaksi dagang dari dan ke Malaysia senilai US$ 30 miliar pada tahun lalu. Target itu juga berat untuk bisa dicapai pada tahun ini menyusul berkurangnya aktivitas ekspor dan impor.
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan realisasi ekspor dan impor dari dan ke Negeri Jiran pada tahun lalu hanya US$ 20,61 miliar terdiri dari ekspor senilai US$ 9,76 miliar dan impor senilai US$ 10,85 miliar.
Apabila dipilah berdasarkan sektor, nilai transaksi dagang untuk produk non-migas senilai US$ 12,17 miliar, sedangkan untuk produk migas senilai US$ 8,44 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami targetnya US$ 30 miliar setiap tahun. Tapi itu tidak tercapai, karena sekarang baru US$ 20 miliar,” tutur Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Herman Prayitno saat ditemui di Trade Expo Indonesia 2015, kemarin.
Tak hanya tahun lalu, Herman mengatakan tahun ini juga kemungkinan besar target dagang Indonesia-Malaysia tidak akan tercapai menyusul melorotnya nilai transaksi ekspor dan impor. Dia mengatakan sampai saat ini nilai perdagangan antarkedua negara sebesar US$ 15 miliar atau baru separuh dari target.
Kemendag mencatat total perdagangan Indonesia-Malaysia sepanjang Januari-Juli baru sebesar US$ 10,23 miliar atau turun 14,06 persen dari periode sebelumnya.
“Jadi ada penurunan dari kelesuan ekonomi ini tapi kita tidak akan menurunkan target,” ujarnya.
Undang Importir MalaysiaHerman berharap ada peningkatan nilai dagang dari sisi ekspor. Untuk itu, Presiden Joko Widodo meminta Herman tak hanya menjaga hubungan bilateral tetapi juga bertindak sebagai duta dagang.
Oleh karenanya, Herman memboyong 130 calon importir asal Malaysia ke ajang pameran promosi produk ekspor TEI 2015 di Jakarta. Bahkan, Herman turut mengundang Dato’ Sri Shahrizat selaku Ketua Pergerakan Wanita UMNO Malaysia dalam ajang tahunan itu.
“Kami membawa 130
buyers dari Malaysia termasuk dari Kuala Lumpur, dari Johor, dari Kota Kinabalu, Kuching dalam rangka meningkatkan volume perdagangan meskipun situasi (perekonomian) dunia lagi kontraksi,” ujarnya.
Herman mengungkapkan produk yang paling diminati oleh warga Malaysia adalah produk busana Muslim. “Mereka (warga Malaysia) bilang di Indonesia trennya selalu trendy, berubah terus busana muslim itu,” kata Herman.
Kendati demikian, menurut Herman, menjajakan busana Muslim produksi anak bangsa di Malaysia memiliki tantangan tersendiri. Pasalnya, warga Malaysia lebih senang membeli langsung di Tanah Air sembari melancong.
“Mereka (warga Malaysia) lebih senang itu belanja barang di Bandung, di Jakarta sambil rekreasi dibanding membeli barang Indonesia di Kuala Lumpur karena pasti lebih mahal.Tapi kalau dia beli di Bandung atau di Tanah Abang dia merasa belanja di sini itu murah. Dia tidak menghitung (biaya) transportasi karena itu rekreasi,” ujarnya.
(ags)