SETAHUN JOKOWI-JK

Ketika Mendag Thomas Pesimistis pada Target Jokowi

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 20 Okt 2015 14:58 WIB
Ditarget naik 300 persen, Thomas menilai target ekspor itu tidak realistis di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik dan global.
Bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (CNN Indonesia/Antara Photo/Sigid Kurniawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong angkat tangan dalam mengejar target ekspor naik 300 persen dalam lima tahun ke depan. Thomas menilai target ekspor itu tidak realistis di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik dan global.

“Kita sekarang melihat kenyataan. Terus terang, beberapa tahun berturut-turut ekspor maupun impor cenderung turun, ya kan? Itu pola niaga di seluruh dunia. Semua negara lagi mengalami penurunan ekspor maupun impor,” tutur Thomas di sela kunjungannya ke Pasar Santa, Jakarta, Jumat (16/10) malam.

Thomas mengungkapkan target pencapaian ekspor yang digadang-gadangkan di awal masa pemerintahan Presiden Joko Widodo itu tidak sinkron dengan pertumbuhan ekonomi nasional saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Ini kok kayaknya enggak nyambung, kalau perekonomian (ekonomi nasional) tumbuh 5-6 persen per tahun) dan (target ekspor naik) 300 persen dalam lima tahun berarti 60 persen per tahun. Itu saja dengan angka ekonomi bertumbuh 5 -6 persen, katakanlah bahkan 7 persen, kayaknya ini sudah enggak nyambung,” ujarnya.

Pemikirannya itu disebutnya juga sejalan dengan pemikiran para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), khususnya dari Komisi VI.

“Mereka (anggota Komisi VI) mengatakan ‘enggak usah muluk-muluk lah, jangan bombastis, enggak usah muluk-muluk’,” ujar mantan bos perusahaan pengelola investasi Quvat Management tersebut.

Bahkan, Thomas juga pesimistis tahun ini peningkatan ekspor bisa mencapai 6,5 persen dibandingkan tahun lalu. Sepanjang 2014 pun nilai ekspor Indonesia tercatat hanya sebesar US$ 176,29 miliar atau turun 3,43 persen dibandingkan perolehan tahun sebelumnya, US$ 182,55 miliar.

“Pada kenyataannya (nilai ekspor) sampai akhir September kan masih menciut, menurun. Itu fakta dan angka yang ada,” ujarnya.

Menurutnya, kinerja ekspor Tanah Air tidak terlepas dari faktor eksternal seperti kinerja perekonomian Tiongkok dan Amerika Serikat. Salah satu upaya yang bisa ditempuh pemerintah untuk mendorong kinerja perdagangan internasional adalah implementasi paket deregulasi kebijakan.

“Kita harus fokus kepada apa yang kita bisa tindak. Kita perbaiki dengan deregulasi, mencabut peraturan-peraturan yang nggak masuk akal. Perizinan-perizinan yang begitu tumpang-tindih dan bertumpuk-tumpuk itu kita kurangi untuk memperlancar perdagangan, baik ekspor maupun impor,” ujarnya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor selama September 2015 hanya mencapai US$12,53 miliar atau turun sebesar 1,55 persen dari capaian Agustus 2015. Penurunan tersebut disumbangkan oleh penurunan nilai ekspor non migas sebesar 5,2 persen dari Agustus 2015 menjadi sebesar US$1,45 miliar dan penurunan ekspor nonmigas sebesar 1,06 persen dari perolehan Agustus 2015 menjadi US$11,08 miliar.

Sementara itu, apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, nilai ekspor September 2015 merosot 17,98 persen.

Menanggapi itu, mantan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel menilai revisi target ekspor Mendag Thomas Trikasih Lembong adalah wajar. “Kita kan lihat situasi. Setiap tahun revisi (target) itu biasa. Perusahaan juga (revisi target) biasa. Kita lihat ekonomi enggak bagus kita revisi. Kalau perusahaan tiba-tiba bagus kita revisi lagi,” kata Rahmat kala ditemui di sela Rapat Kerja Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Hotel Pullman, Jakarta, Senin (19/10).

Kendati demikian, menurut Rahmat, Indonesia sebenarnya masih berpotensi untuk mendongkrak nilai ekspornya hingga tiga kali lipat. “Indonesia itu bisa (meningkatkan ekspornya 300 persen). Bagaimana enggak bisa, orang kita punya pasar gede, kita punya sumber daya alam, punya hasil bumi,” ujarnya. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER