Pertamina Tak Lagi Rugi Berjualan BBM Jenis Premium

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Senin, 02 Nov 2015 14:28 WIB
Sampai pertengahan September 2015, manajemen Pertamina masih mengaku rugi Rp 15,2 triliun dari penjualan premium.
Sampai pertengahan September 2015, manajemen Pertamina masih mengaku rugi Rp 15,2 triliun dari penjualan premium. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Manajemen PT Pertamina (Persero) mengklaim sudah tak mengalami kerugian dari penjualan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium berkat efisiensi produksi yang dilakukan. Padahal sampai pertengahan September 2015 lalu, manajemen mengaku masih mengalami kerugian hingga Rp 15,2 triliun dari penjualan premium.

Arief Budiman, Direktur Keuangan Pertamina mengatakan sampai akhir Oktober kemarin kerugian perseroan dari penjualan premium sudah berada di posisi yang hampir seimbang.

"Meski pun kami tidak bisa menentukan pricing sesuai formula MOPS (Mean of Platts Singapore), khusus untuk Premium kami istilahnya hampir impas. Bahkan kami hampir memperoleh keuntungan karena inovasi," kata Arif di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (2/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan laporan kinerja Pertamina pada kuartal III 2015, besarnya angka efisiensi perseroan tak lepas dari pelaksanaan program bertajuk lima pilar prioritas strategis perusahaan. Di mana dua kegiatan yang turut menyumbang pada besarnya angka efisiensi Pertamina adalah upaya dalam menekan biaya operasi, serta efisiensi dalam pelaksanaan Breakthrough Project di 2015.

Dari catatan perusahaan migas pelat merah itu, upaya efisiensi di sisi biaya operasi hingga akhir September kemarin sudah mencapai US$ 1,15 miliar, atau sejalan dengan yang ditargetkan pada angka 35 persen dari biaya operasi. Sementara upaya efisiensi pada pelaksanaan Breakthrough Project tahun ini tercatat sudah mencapai US$ 430,77 juta, atau 119 persen dari yang ditargetkan pada periode berjalan.

Tak cuma dua hal tadi, besarnya angka efisiensi Pertamina juga diketahui disumbang oleh manajemen yang terus melakukan tata kelola secara ketat pada pengadaan minyak impor yang menyumbang efisiensi sebesar US$ 209,97 juta.

Sedangkan sentralisasi pengadaan produk non hidrokarbon telah menyumbang efisiensi sebesar US$ 89,55 juta dan upaya sentralisasi pengadaan hidrokarbon di ISC menyentuh US$ 103 juta.

"Pada prinsipnya secara korporasi apa yang kami terapkan di pasar dapat tertutup dengan upaya saving internal," tutur Arief.

Meski begitu, sampai dengan kuartal III ini Pertamina baru membukukan laba bersih senilai US$ 914 juta. Jika dibandingkan dengan target perolehan laba bersih perseroan di 2015 pada angka US$ 1,7 miliar, itu artinya capaian tersebut baru mencapai 53,7 persen.

Ini tak lepas dari adanya katalis negatif dari anjloknya harga minyak dan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang turut menghambat laju kinerja keuangan Pertamina. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER