Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memprediksi bahwa inflasi untuk keseluruhan 2015 berada di bawah 4 persen. Kendati demikian, bank sentral tersebut diprediksi tetap mematok suku bunga acuan (BI rate) di level 7,5 persen karena volatilitas nilai tukar rupiah.
Deputi Direktur Departemen Komunikasi BI Andiwiana mengatakan Indeks Harga konsumen (IHK) pada Oktober 2015 mengalami deflasi sebesar 0,08 persen secara bulanan, berbeda dari historisnya yang mencatat inflasi. Ia menyatakan realisasi IHK Oktober 2015 tersebut tidak jauh berbeda dari perkiraan BI.
“Berdasarkan perkembangan inflasi hingga Oktober 2015, Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi untuk keseluruhan tahun 2015 akan berada di bawah titik tengah sasaran 4 persen, dengan dukungan penguatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah. Perkembangan inflasi hingga Oktober 2015 tersebut menunjukkan bahwa stabilitas harga terkendali,” jelasnya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (3/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra mengatakan IHK membukukan deflasi yang lebih rendah dari prediksi setahun yang dibuatnya dan konsensus yaitu masing-masing 0,06 persen dan 0,02 persen. Untuk itu, inflasi tahunan turun menjadi 6,25 persen pada Oktober dari 6,83 persen pada bulan sebelumnya. Sementara inflasi sejak awal tahun sebesar 2,16 persen, lebih rendah dari 4,19 persen pada periode yang sama pada 2014.
Ia menjelaskan, harga makanan berlanjut turun dan berkontribusi 0,22 persen terhadap deflasi bulanan Oktober 2015. Adapun harga makanan yang turun, terutama cabai dan daging ayam. Sementara itu, kelompok barang lain berkontribusi inflasi marginal antara 0,1–0,2 persen kecuali makanan olahan (berkontribusi 0,07 persen). Untuk makanan olahan, lanjutnya, harga yang naik bervariasi mulai dari mie hingga rokok.
“Inflasi inti turun dan melunak menjadi 5,02 persen secara tahunan pada Oktober dari 5,07 pada September. Meskipun demikian, untuk menyimpulkan pelunakan itu menunjukkan perlambatan permintaan domestik pada kuartal terakhir 2015 adalah terlalu dini, menurut kami,” ujarnya.
Aldian menjelaskan, turunnya inflasi inti yang kemungkinan disebabkan oleh penguatan rupiah yang diikuti oleh inflasi yang lebih jinak di harga sandang, terutama harga emas.
“Secara keseluruhan, kami sangat meyakini inflasi dapat lebih rendah daripada prediksi kami yaitu 4,8 persen untuk 2015. Dengan asumsi inflasi November dan Desember 2015 sejalan dengan prediksi kami, inflasi 2015 dapat berada di bawah 4 persen (inflasi terendah sejak 2009),” jelasnya.
Tak BerubahNamun ia menilai dengan kondisi defisit neraca berjalan seperti sekarang, atau lebih rendah daripada ekspektasi, BI tidak memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan pada tahun ini.
“Meskipun risiko dalam negeri dan eksternal sudah berlanjut mereda, risiko volatilitas rupiah masih tetap ada di tengah ketidakpastian global. Karena itu, kami memprediksi BI rate masih tidak berubah pada 7,5 persen tahun ini dengan kemungkinan pemangkasan 50 basis poin tahun depan,” jelasnya
(gir/gir)