Jakarta, CNN Indonesia -- Survei Bank Indonesia pada Oktober 2015 mengindikasikan bahwa keyakinan konsumen masih berada dalam level pesimistis kendati menguat tipis dari bulan sebelumnya. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober 2015 tercatat sebesar 99,3 dibandingkan level 97,5 pada bulan sebelumnya.
“Namun angka itu masih dalam level pesimistis,” ujar Tirta dalam keterangan resmi BI, dikutip Rabu (4/11).
Ia menjelaskan, menguatnya keyakinan konsumen tersebut didorong oleh membaiknya optimisme responden terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang sedangkan optimisme responden terhadap kondisi ekonomi saat ini masih mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Secara regional, membaiknya keyakinan konsumen pada Oktober 2015 terjadi pada sembilan kota yang disurvei, dengan peningkatan IKK tertinggi di kota Pangkal Pinang (9,5 poin) dan Banten (7,2 poin),” jelasnya.
Sementara itu, survei mencatat, berdasarkan tingkat pengeluaran, peningkatan IKK tertinggi terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp 1 juta-Rp 2 juta per bulan.
“Hasil survei juga mengindikasikan bahwa konsumen memperkirakan tekanan kenaikan harga berkurang pada Januari 2016,” kata Tirta.
Hal ini, lanjutnya, terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang yang turun 12,8 poin menjadi 155,1. Penurunan terbesar diperkirakan terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.
“Untuk kondisi enam bulan mendatang, konsumen memperkirakan kenaikan jumlah tabungan lebih sedikit dari bulan sebelumnya dan posisi pinjaman lebih rendah dari bulan sebelumnya,” kata Tirta.
Adapun hal tersebut terindikasi dari indeks perkiraan jumlah tabungan dan indeks perkiraan posisi pinjaman 6 bulan mendatang yang tercatat turun masing-masing 0,6 dan 0,5 poin dari bulan sebelumnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan harga barang dan jasa secara umum (deflasi) selama Oktober 2015 sebesar 0,08 persen. Kepala BPS Suryamin mengungkapkan deflasi terjadi karena adanya penurunan harga-harga barang sepanjang bulan ke-10 tersebut.
"Inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2015 adalah 2,16 persen. Sementara infasi year on year (yoy) adalah 6,25 persen," jelas Suryamin.
Sementara, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai deflasi yang terjadi dalam dua bulan terakhir bisa menjadi sinyal positif ataupun negatif bagi perekonomian nasional.
Di satu sisi, kata Darmin, deflasi bisa meningkatkan konsumsi domestik seiring dengan tren penurunan harga barang dan jasa. Namun di sisi lain, lanjutnya, deflasi yang terjadi selama dua bulan berturut-turut menunjukan bahwa daya beli masyarakat masih mengalami pelemahan.
"Ya untuk masyarakat dia bagus itu suatu hal yang positif karena inflasi kan mempengaruhi daya beli masyrakat. Tapi itu (deflasi) juga menjadi petunjuk bahwa ekonominya permintaan secara makro masih agak lemah," kata Darmin.
(gir/gir)