Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku industri semen nasional meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memasukkan kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur ke dalam paket kebijakan ekonomi yang akan disusun dalam waktu dekat. Semakin banyak pembangunan dilakukan, hal tersebut akan menyelamatkan industri semen dari minusnya kinerja penjualan.
Salah satu yang menyuarakan hal tersebut adalah badan usaha milik negara (BUMN), PT Semen Indonesia Tbk. Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Agung Wiharto berharap paket kebijakan ekonomi pemerintah mencakup upaya percepatan realisasi pembangunan infrastruktur.
“Kebijakan apa pun yang bisa mendorong untuk percepatan pembangunan, konstruksi, dan infrastruktur pasti bermanfaat bagi industri semen,” kata Agung saat dihubungi CNN Indonesia, Kamis (3/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan tahun ini konsumsi semen nasional diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 1 hingga 2 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 63-64 juta ton.
Sementara itu hingga Juli 2015 konsumsi semen domestik baru mencapai 31,2 juta ton atau turun 4,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 32,7 juta ton.
“Memang
market-nya lagi lesu,” tutur Agung.
Bantuan PemerintahMenurut Agung, industri semen sangat bergantung pada permintaan pasar. Penurunan harga produk seperti yang pernah diinstruksikan pemerintah maupun beragam upaya promosi tidak akan efektif mendongkrak konsumsi apabila pasar juga masih tertekan. Sedangkan semen hanya sebagian dari komponen konstruksi.
“Kalau orang mau membangun itu baru dia membeli semen,” ujarnya.
Disebutkan Agung, penurunan konsumsi semen ritel disebabkan oleh perekonomian global yang masih tertekan.
Hal itu tercermin dari melambatnya pertumbuhan ekonomi China sehingga berdampak pada keoknya permintaan barang komoditas seperti batubara, karet, dan sawit. Akibatnya, permintaan semen ritel menurun dari sektor komoditas.
“Selain itu daya beli masyarakat juga turun. Masyarakat yang tadinya mau memperbaiki rumah jadi menunggu dulu,” kata Agung.
Sedangkan penurunan permintaan semen curah disebabkan oleh pelaku industri menahan diri untuk membangun di skala besar akibat lesunya perekonomian sedangkan realisasi proyek infrastruktur pemerintah juga belum optimal.
“Harapannya di bulan Agustus, September, hingga akhir tahun ini bisa meningkat konsumsi semennya untuk menutupi turunnya konsumsi semen yang kemarin,” ujarnya.
(gen)