Astra Otoparts Incar Pendapatan Rp 13 Triliun pada 2016

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Jumat, 27 Nov 2015 14:44 WIB
Astra Otoparts hanya akan menganggarkan belanja modal sebesar Rp 2 triliun, turun dibandingkan dengan alokasi tahun ini Rp3 triliun.
Kegiatan bisnis PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). (Dok. Astra Otoparts)
Bogor, CNN Indonesia -- Produsen suku cadang kendaraan bermotor, PT Astra Otoparts Tbk menargetkan penjualan onderdil sebesar Rp13,37 triliun pada tahun depan atau tumbuh 5 persen dibandingkan target tahun ini Rp12,74 triliun.

Direktur Keuangan Astra Otoparts, Hugeng Gozali mengatakan perseroan saat ini sedang berfokus memperkuat distribusi, mempertahankan pangsa pasar, dan memperketat biaya operasional melalui kegiatan otomatisasi pabrik.

“Kami akan mulai memfokuskan diri untuk melakukan peningkatan otomatisasi proses produksi. Khususnya secara kualitas, yaitu agar barang reject berkurang dan penghematan terjadi,” ujarnya di Sentul, Jumat (27/11).  

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hugeng menjelaskan, pada tahun ini pihaknya memprediksi pertumbuhan pendapatan bisa mencapai 4 persen. Sementara pada tahun depan diyakini pertumbuhannya akan lebih tinggi menyusul rencana produsen otomotif Grup Astra merilis beberapa produk baru kendaraan.

“Ada Toyota Kijang Innova model baru dan ada rencana Astra mengeluarkan Toyota Fortuner model baru. Populasi mobil dan motor itu kan tiap tahun meningkat maka onderdil juga ikut naik,” ujarnya.

Ia mengakui, terdapat perubahan komposisi penjualan berdasarkan segmen pasar. Pada sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan segmen Original Equipment for Manufacturers (OEM) tercatat sebesar 48 persen, berubah dari 54,2 persen pada tahun lalu. Sementara segmen Replacement Market (REM) tercatat sebanyak 41,6 persen, naik dari 37 persen pada 2014. Adapun sisanya 10,3 persen diprioritaskan untuk produk khusus ekspor.

“Nantinya mau dijaga 45 persen untuk REM, 45 persen OEM, 10 persen ekspor. Karena gen Astra Otoparts itu manufaktur,” jelasnya.

Dari sisi potensi ekspor, Hugeng menyatakan Astra Otoparts tidak menargetkan peningkatan komposisi atau tetap 10 persen. Sebab, kondisi ekonomi negara tujuan ekspor tengah mengalami kelesuan dan tantangan, seperti Afrika Utara, Timur Tengah dan Asean.

Di sisi lain, Hugeng mengatakan Astra Otoparts juga bakal mengurangi belanja modal pada tahun depan karena masih berhati-hati dengan kondisi ekonomi. Dia menyatakan, perseroan hanya akan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) maksimal Rp2 triliun, turun dari alokasi tahun ini Rp3 triliun.

“Capex otomatisasi bisa Rp500 miliar sampai Rp1 triliun. Itu bukan ke perbaikan penjualan tapi untuk menekan biaya produksi. Yaitu dengan menekan angka rejection makin rendah. Kita harus berhasil menekan biaya produksi setidaknya 5-10 persen,” jelasnya.

Adapun sumber pembiayaan, lanjutnya, akan dikombinasikan ntara kas internal dengan pinjaman bank. Kendati demikian, Hugeng mengaku pihaknya hanya menggunakan pinjaman di level yang rendah.

“Pinjaman bank cuma 20 persen, sisanya 80 persen kas internal. Standby loan cukup banyak kok, cuma jarang kami ambil,” jelasnya.

Hingga akhir September 2015,  pendapatan Astra Otoparts tercatat sebesar Rp8,67 triliun, turun 5,55 persen dibandingkan dengan perolehan periode yang sama tahun lalu Rp9,18 triliun. Adapun beban pokok pendapatan juga turun 5 persen menjadi Rp7,4 triliun.

Hal itu membuat laba kotor perseroan turun 7,97 persen menjadi Rp1,27 triliun. Sayangnya, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada entitas induk (laba bersih) tertekan lebih dalam, yakni mencapai 72,07 persen menjadi Rp179,03 miliar. (ags/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER